Perjuangan UMKM Disabilitas di Jakarta Punya Karya, Bisa Mendunia

6 days ago 6

Jakarta -

Keterbatasan fisik bukan alasan untuk menyerah. Para pekerja disabilitas di Jakarta Barat membuat aneka kriya yang bisa dijual ke luar negeri.

Dari depan, rumah besar 2 lantai di Taman Meruya Ilir, Meruya Utara, Jakarta Barat itu seperti rumah hunian kebanyakan. Founder Precious One, Ratnawati Sutedjo menyambut detikFinance di dalam dan mengajak berkeliling isi rumah. Rupanya, inilah workshop Precious One, bagian dari Yayasan Karya Insan Sejahtera yang menjadi UMKM kerajinan yang semua pegawainya adalah orang disabilitas.

Tampak ada yang sedang menjahit, menggunting kain, membuat pola dan lain-lain. Mereka tampak sibuk karena sedang ada pesanan merchandise dari sebuah girl band di Tanah Air dan pesanan lain dari beberapa perusahaan swasta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lahir untuk mendukung disabilitas

Ratnawati mengatakan ide membuat Precious One berawal saat dia sakit berat tahun 2004 dan tidak bisa bekerja, lalu dia jadi bersimpati bagaimana teman-teman disabilitas bisa bekerja. Setelah sembuh, Ratna mulai mengembangkan usaha kriya jepit rambut dan kartu ucapan dari kain perca. 3 Karyawan pertamanya adalah teman tuli.

"Dia curhat, 'saya kepingin kerja tapi nggak pernah dikasih kesempatan'. Di situ saya merasa, ternyata nggak bisa cuma jadi teman, tapi bagaimana menjawab kesulitan hidup mereka. Sampai sekarang, 3 orang ini masih ada lho. Jadi yang paling senior di sini," kata perempuan yang latar belakang pendidikannya akuntansi ini.

Dibantu 5 orang di manajemen, Ratna akhirnya full time mengurus Precious One. Precious One awalnya buka di Jl Gunung Sahari, Jakarta. Mereka sempat pindah beberapa kali sampai akhirnya ada di Meruya Utara, Jakarta Barat berupa rumah besar 2 lantai dengan total 18 pegawai.

Selain itu, Ratnawati juga mengatakan Precious One juga memiliki program kemitraan dengan orang-orang atau komunitas disabilitas di berbagai kota di Indonesia. Produk mereka nanti bisa dijual di Precious One.

"Mayoritas tuli, kemudian fisik dan intelektual. Tapi mitra kita dari berbagai disabilitas, contohnya autis dan buta. Fisik juga ada banyak," kata Ratna.

Kata Ratna, ada filosofi luhur di balik nama Precious One. "Precious itu berharga, one itu satu. Kita percaya bahwa setiap pribadi dengan kondisi apapun dia adalah pribadi yang berharga di mata Tuhan," kata Ratna.

UMKM Precious One dengan Pegawai DisabilitasPara pegawai disabilitas di UMKM Precious One Foto: Fitraya Ramadhanny/detikcom

Sempat ditolak dan dihina

Memasarkan produk hasil karya disabilitas bukan perkara mudah, kata Ratna. Awalnya mereka ditolak dimana-mana, bahkan produk mereka ditolak sebuah department store hanya karena buatan orang disabilitas.

"Awalnya kita juga ditolak-tolakin sih. Sama department store dihina lah kita. Hanya karena produk orang cacat nggak boleh masuk," kata Ratna.

Dari situ Ratna menyadari, selain misi Precious One menciptakan lapangan kerja, adalah penting juga untuk mengedukasi masyarakat tentang kelompok disabilitas yang bisa punya karya.

"Akhirnya saya bertekad kalau bikin produk itu orang beli bukan karena kasihan," kata Ratna.

Setiap produk Precious One dipasangkan label bahwa itu adalah produk karya disabilitas. Akhirnya, strategi ini mulai menarik perhatian orang. Ratna mengenang momen breakthrough mereka adalah saat pameran di Mal Sumarecon Serpong. Di sana, Precious One juga mendapat banyak umpan balik dari para konsumen bagaimana menjual produk disabilitas.

"Kalau beli karena kasihan jangan, saya nggak mau. Tapi belilah karena kebutuhan. Bagus sih responsnya, termasuk sukseslah penjualan kita lumayan tinggi," kata dia.

Dari situ pelan-pelan perusahaan besar menghampiri, mulai dari restoran, bank, maskapai, mal besar di Jakarta. Liputan media massa pun satu persatu muncul.

UMKM Precious One dengan Pegawai DisabilitasAneka karya disabilitas di UMKM Precious One Foto: Fitraya Ramadhanny/detikcom

Tembus BRI UMKM EXPO(RT) 2025 dan luar negeri

Ratna menceritakan bagaimana akhirnya Precious One bisa tembus untuk tampil di event akbar BRI UMKM EXPO(RT) 2025. Ratna bilang mereka selalu mencoba ikut dalam event-event besar karena itu adalah peluang untuk promosi.

"Kita daftar karena kita cari peluang, terus dikurasi kan nggak boleh sembarangan. Terus lolos makanya diajak expo," kata Ratna.

Ini adalah kedua kalinya Precious One itu pameran besar yang digelar BRI. Menurut Ratna, event ini bermanfaat itu meningkatkan kesadaran publik untuk produk disabilitas dan keberadaan Precious One itu sendiri.

"Kita kepingin masyarakat tuh jadi lebih aware dan lebih tahu bahwa ada Precious One yang fokus di produk disabilitas," kata dia.

Dibantu promosi online di medsos dan e-commerce, produk Precious One akhirnya bisa go international. Ratna bilang mereka punya pembeli dari Malaysia, Singapura dan Amerika Serikat.

"Perusahaan asuransi Malaysia itu dia mencari dari Google. Kita sendiri sudah punya konsumen di Singapura, dia organisasi yang pesannya alat edukasi dan mereka puas dengan hasil kerjanya. Kalau Amerika itu dia diaspora ya," pungkas Ratna.

Wujud social entrepreneurship

Pakar ekonomi UMKM dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Rambat Lupiyoadi dalam wawancara terpisah dengan detikFinance mengatakan apa yang dilakukan UMKM seperti Precious One adalah contoh social entrepreneurship. Kegiatan ini justru memberikan keunikan dan daya tarik.

"Ada pengusaha yang peduli atau jiwa sosial untuk merekrut difabel untuk bisa mandiri. Ini masuk ke social entrepreneurship dimana mereka berusaha memecahkan masalah sosial di kelompok difabel dengan pendekatan bisnis," kata Rambat.

Dengan UMKM semacam Precious One kata Rambat, kelompok disabilitas bisa naik level. Mereka punya keterbatasan di satu sisi, tapi punya potensi di sisi lain.

"Karena keterbatasan yang mereka alami sehingga membangkitkan semangat untuk kemandiriannya," ujarnya.

Misi UMKM naik kelas

Infografis BRI UMKM EXPO(RT) 2025Infografis BRI UMKM EXPO(RT) 2025 Foto: Fuad Hasyim/detikcom

Terkait dengan Precious One yang bisa unjuk gigi menampilkan produk karya disabilitas di BRI UMKM EXPO(RT) 2025, pihak BRI pun angkat bicara. BRI UMKM EXPO(RT) 2025 menjadi salah satu langkah BRI dalam mendorong lebih banyak UMKM binaan untuk go international. Acara yang berlangsung pada 30 Januari hingga 2 Februari 2025 di ICE BSD City tersebut sukses dihadiri oleh lebih dari 69 ribu pengunjung, serta mencatatkan transaksi lebih dari Rp 40 miliar dan berhasil merealisasikan kontrak ekspor mencapai USD 90,6 juta atau sekitar Rp 1,5 triliun.

"Keikutsertaan dalam pameran internasional ini juga merupakan bentuk dukungan nyata BRI untuk mendorong pengusaha UMKM go global yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui ekspor produk lokal," tutur Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi dalam keterangan resminya.

(fay/hns)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |