Jakarta -
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto kunjungan kerja ke Jepang sejak Rabu (7/5) hingga hari ini. Dalam kesempatan itu dirinya yang juga ditemani Mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) Marty Natalegawa membahas persoalan tarif Presiden AS Donald Trump dengan pemerintah Jepang.
"Pertemuan dengan Menteri Mendy dan pejabat lain untuk kita menyinggung juga terkait dengan kondisi terkini, termasuk mengenai tarif," kata Airlangga dalam konferensi pers di KBRI Tokyo yang disiarkan secara daring, Jumat (9/5/2025).
Meski begitu, Airlangga mengaku dalam pembicaraan itu mereka tidak menyinggung lebih jauh terkait progres negosiasi tarif resiprokal yang dilakukan masing-masing negara. Sebab menurutnya pembahasan terkait hasil negosiasi pemerintah Jepang dan Indonesia dengan AS bersifat bilateral.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang Indonesia menjadi salah satu dari 18 negara yang sedang berproses dengan Amerika, namun proses daripada pembicaraan mengenai tarif sifatnya bilateral. Jadi tidak dibicarakan secara multilateral," terangnya.
Selain itu, menurutnya posisi Indonesia dan Jepang di mata Amerika sedikit berbeda. Seperti bagaimana Indonesia merupakan negara dengan sumber daya mineral dan alam yang cukup kaya, sedangkan posisi Jepang adalah negara manufaktur yang bahan bakunya sangat bergantung dari luar negara.
Belum lagi, Airlangga mengatakan posisi Jepang yang secara strategis menjadi rekan AS tentu berbeda dengan posisi Indonesia sebagai negara non-blok. Jadi pembahasan terkait progres negosiasi tarif resiprokal AS antara Indonesia dengan Jepang menjadi tidak relevan.
"Jadi tentu pembahasannya kita kembali lagi kepada apa yang menjadi kesamaan antara Indonesia dan Jepang, bahwa Indonesia dan Jepang sama-sama negara yang menghargai kerja sama multilateral dan menjunjung tinggi the rule of law," papar Airlangga.
Alih-alih membahas terkait negosiasi kedua negara dengan AS, Airlangga mengatakan fokus pembicaraan lebih mengarah kepada bagaimana Indonesia dan Jepang dapat terus memperkuat kerja sama di tengah ketidakpastian ekonomi global imbas tarif Trump.
Begitu juga dengan bagaimana kedua negara dapat berkontribusi dalam kerja multilateral antar negara-negara di Asia; seperti ASEAN Plus Three (APT) yang merupakan kerja sama regional antara ASEAN dan tiga negara Asia Timur yakni China, Jepang, dan Korea Selatan; serta kerja sama Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).
"Indonesia mendorong ke depan ASEAN Plus Three dan kerja sama regional ASEAN antara lain RCEP itu perlu kita perdalam agar supply chain daripada negara-negara ASEAN dan RCEP tidak bergantung hanya kepada satu negara, tetapi membangun supply chain yang lebih aman," jelasnya.
"Jadi ini (tarif Trump) merupakan sebuah alarm bagi Indonesia dan Jepang untuk membangun supply chain," kata Airlangga lagi.
(igo/fdl)