Pasar Saham Global Bangkit Usai Trump Umumkan Penundaan Tarif

5 days ago 6

Jakarta -

Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menunda pengenaan tarif impor pada puluhan negara selama 90 hari membuat pasar saham global sedikit lega. Hal ini terlihat dari sejumlah indeks AS yang menguat pada Kamis (10/4/2025).

Dikutip dari Reuters, indeks saham AS menguat setelah penundaan tarif tinggi diumumkan Trump. Indeks S&P 500 misalnya, ditutup menguat 9,5% pada Rabu (9/4/2025). Tren penguatan juga diikuti indeks saham milik Jepang N225 yang menguat lebih dari 8%.

Selain penguatan pada pasar saham, harga komoditas berjangka di Eropa juga mengalami tren positif kendati menunjukkan reli jangka pendek dengan harga saham AS yang diperdagangkan lebih rendah. Namun, harga minyak terpantau menurun sekitar 1% yang dipicu oleh kekhawatiran atas ketegangan perdagangan yang dipercaya mendorong ekonomi global ke arah resesi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak kembalinya Trump ke Gedung Putih pada bulan Januari, ia berulang kali mengancam akan memberikan serangkaian tindakan hukuman terhadap mitra dagang, tetapi kemudian mencabut beberapa di antaranya pada menit terakhir. Pendekatan yang kadang-kadang dilakukannya telah membingungkan para pemimpin dunia dan membuat para eksekutif dilingkupi kekhawatiran.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent menegaskan, perubahan penetapan tarif terhadap mitra dagang AS sebelumnya telah direncanakan sejak awal bagi yang mau bernegosiasi. Namun, Trump kemudian mengindikasikan kepanikan di pasar yang terjadi sejak pengumumannya pada tanggal 2 April telah menjadi faktor dalam pemikirannya.

"Anda harus fleksibel," kata Bessent dikutip dari Reuters, Kamis (10/4/2025).

Meski begitu, Bessent mengatakan negara tetap menerapkan tarif tinggi kepada China sebagai negara dengan ekonomi nomor 2 dunia dan pemasok impor AS terbesar kedua.

Trump segera menaikkan tarif impor China menjadi 125% dari level 104% yang berlaku pada hari Rabu. Kemudian, perusahaan China yang menjual produk di Amazon bersiap untuk menaikkan harga untuk AS atau meninggalkan pasar tersebut karena tarif.

Beijing mungkin akan membalas dengan cara yang sama setelah mengenakan tarif sebesar 84% pada impor AS pada hari Rabu untuk menyamai tarif yang sebelumnya diberlakukan Trump. Beijing telah berulang kali berjanji untuk memberikan perlawanan dalam perang dagang yang meningkat antara dua ekonomi teratas dunia tersebut.

"Kami tidak takut dengan provokasi. Kami tidak akan mundur," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Mao Ning di X pada Kamis.

Trump mengatakan bahwa resolusi dengan China terkait perdagangan juga mungkin terjadi. Namun, para pejabat mengatakan bahwa mereka akan memprioritaskan pembicaraan dengan negara-negara lain, termasuk Vietnam, Jepang, dan Korea Selatan yang mengantre untuk mencoba mencapai kesepakatan.

"China ingin membuat kesepakatan. Mereka hanya tidak tahu bagaimana cara melakukannya," kata Trump.

Di sisi lain, Beijing mengatakan pihaknya telah mengadakan pembicaraan dengan Uni Eropa dan Malaysia untuk memperkuat perdagangan sebagai respons atas ketegangan tersebut, meskipun Australia mengatakan telah menolak tawaran dari China, mitra dagang utamanya, untuk bekerja sama melawan tarif.

"Kami tidak akan bergandengan tangan dengan China sehubungan dengan persaingan apapun yang terjadi di dunia," kata Wakil Perdana Menteri Richard Marles kepada Sky News.

Harapan akan dukungan negara membantu menopang saham Tiongkok pada hari Kamis, bahkan saat mata uang yuan jatuh ke level terlemah sejak krisis keuangan global. Bank investasi AS Goldman Sachs merevisi turun perkiraannya untuk pertumbuhan PDB Tiongkok menjadi 4% pada tahun 2025, dari proyeksi sebelumnya sebesar 4,5%, dengan alasan efek negatif tarif.

(kil/kil)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |