Truk menunggu untuk memuat kontainer pengiriman di Pelabuhan Los Angeles, Amerika Serikat, Rabu (9/4/2025).
Volume peti kemas di Pelabuhan Los Angeles, pelabuhan tersibuk di Amerika Serikat, diperkirakan akan mengalami penurunan signifikan pada paruh kedua tahun ini (H2 2025). Penurunan ini dipicu oleh kebijakan pemerintah AS yang menaikkan tarif impor timbal balik (reciprocal tariff).
Dalam dua tahun terakhir, Pelabuhan Los Angeles, sebagaimana pelabuhan-pelabuhan besar lainnya di AS, terus mencatatkan pertumbuhan. Namun, kebijakan tarif baru diperkirakan akan mengubah tren tersebut.
Gene Seroka, Direktur Eksekutif Pelabuhan Los Angeles, memprediksi bahwa antara 1 Juli hingga akhir tahun, volume kargo di Pelabuhan Los Angeles diperkirakan akan menurun sekitar 10%, bahkan bisa lebih.
Los Angeles bahkan sempat mengalami rekor volume kargo sejak puncak musim panas lalu. Para impotir mempercepat importasi sehingga barang-barang tersebut sudah tersedia di pasar, dan mereka tidak perlu terus-menerus membeli dengan kecepatan yang sama.
Seroka merujuk pada barang-barang besar dan kebutuhan pokok, seperti furnitur, peralatan rumah tangga, elektronik, TV, dan meja makan. Namun, dengan tarif yang terus naik, permintaan diperkirakan akan menurun. Apalagi, banyak barang yang sudah tersedia di pasar.
Penerapan tarif baru oleh pemerintahan Trump tidak hanya akan meningkatkan harga barang, tetapi juga memaksa importir untuk mengubah strategi pengadaan mereka.
Sebagai contoh, meskipun China masih menjadi negara utama dalam rantai pasok, negara-negara seperti Vietnam, Indonesia, dan Malaysia mungkin menjadi pilihan alternatif, meskipun tarif impor tetap berlaku.