Ekonomi Global Diyakini Tangguh pada 2025 di Tengah Risiko Perdagangan dan Geopolitik

11 hours ago 2

Sejumlah lembaga internasional memproyeksikan ekonomi global akan terus tumbuh pada 2025, meskipun perekonomian dunia menghadapi berbagai risiko tahun ini.

 MNC Media)

Ekonomi Global Diyakini Tangguh pada 2025 di Tengah Risiko Perdagangan dan Geopolitik. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Sejumlah lembaga internasional memproyeksikan ekonomi global akan terus tumbuh pada 2025, meskipun perekonomian dunia menghadapi berbagai risiko tahun ini.

Pergantian kepemimpinan di Amerika Serikat (AS) diperkirakan menjadi faktor utama yang memengaruhi ekonomi global. Ada pula kondisi geopolitik yang saat ini masih panas dan prospek kebijakan suku bunga bank sentral dunia, terutama Federal Reserve (The Fed) AS.

Berikut sejumlah proyeksi yang dirilis lembaga internasional:

1. IMF
Menurut World Economic Outlook October 2024 yang dirilis Dana Moneter Internasional atau IMF, ekonomi global diperkirakan tumbuh 3,2 persen pada 2025, sama dengan setahun sebelumnya.

Sejumlah risiko yang dihadapi ekonomi global tahun ini menurut IMF antara lain meningkatnya tensi geopolitik, kebijakan moneter yang terlalu lama ketat, munculnya kembali volatilitas pasar keuangan, perlambatan yang lebih dalam di China, dan terus meningkatnya kebijakan proteksionis.

Munculnya kembali volatilitas pasar keuangan, seperti yang dialami pada pertengahan 2024, dapat membebani investasi dan pertumbuhan ekonomi. Negara berkembang dapat menghadapi lonjakan arus keluar modal asing dan peningkatan tekanan utang

Gangguan pada proses disinflasi, salah satunya dipicu lonjakan harga komoditas akibat meningkatnya tensi geopolitik, dapat mencegah bank sentral melonggarkan kebijakan moneter, yang pada ujungnya akan menimbulkan tantangan signifikan terhadap kebijakan fiskal dan stabilitas keuangan. 

Kontraksi yang lebih dalam atau lebih lama dari yang diharapkan di sektor properti China, terutama jika menyebabkan ketidakstabilan keuangan, dapat makin melemahkan sentimen konsumen di Negeri Tirai Bambu tersebut dan menghasilkan spillover global yang negatif mengingat jejak besar China dalam perdagangan global. 

Terakhur, intensifikasi kebijakan proteksionis akan memperburuk ketegangan perdagangan, mengurangi efisiensi pasar, dan mengganggu rantai pasokan. Meningkatnya ketegangan sosial dapat memicu keresahan sosial, yang dapat merusak kepercayaan konsumen dan investor, serta berpotensi menunda pengesahan dan implementasi reformasi struktural yang diperlukan. 

2. OECD
Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan atau OECD, dalam laporan Economic Outlook terbarunya yang dirilis pada Desember 2024, memproyeksikan bahwa ekonomi global akan tumbuh sebesar 3,3 persen pada 2025, naik sedikit dari 3,2 persen di tahun sebelumnya.

“Ekonomi global telah terbukti tangguh. Inflasi telah menurun lebih jauh mendekati target bank sentral, sementara pertumbuhan tetap stabil,” kata Sekretaris Jenderal OECD Mathias Cormann dalam laporan itu.

“Tantangan tetap ada. Ketegangan geopolitik menimbulkan risiko jangka pendek, rasio utang publik masih tinggi dan prospek pertumbuhan jangka menengah terlalu lemah," katanya.

Untuk menjaga stabilitas ekonomi makro, diperlukan pelonggaran kebijakan moneter yang dikalibrasi dengan cermat untuk memastikan tekanan inflasi terkendali secara berkelanjutan dan pembangunan kembali ruang fiskal untuk mengantisipasi tekanan pengeluaran di masa mendatang. 

"Untuk meningkatkan produktivitas dan fondasi pertumbuhan, kita harus meningkatkan upaya pendidikan dan pengembangan keterampilan, memperlancar investasi bisnis, dan  mengatasi kekurangan tenaga kerja," katanya.

Prospek pertumbuhan ekonomi sangat bervariasi di berbagai kawasan. Produk domestik bruto (PDB) di Amerika Serikat (AS) diproyeksikan tumbuh 2,8 persen pada 2025, tetap tinggi maupun lebih rendah dari tahun sebelumnya. Di Kawasan Euro, pertumbuhan PDB diproyeksikan naik menjadi1,3 persen tahun ini.

Pertumbuhan ekonomi di Jepang diproyeksikan juga meningkat sebesar 1,5 persen pada 2025. Sementara itu, perekonomian China diperkirakan akan terus melambat, dengan pertumbuhan PDB sebesar 4,7 persen pada 2025.

3. ADB
Laporan Asia Development Outlook (ADO) December 2024 yang dirilis Bank Pembangunan Asia atau ADB memproyeksikan pertumbuhan ekonomi negara berkembang Asia di 2025. PDB negara berkembang Asia diprediksi tumbuh 4,8 persen tahun ini, turun sedikit dari 4,9 persen pada 2024.

“Permintaan domestik dan ekspor yang kuat secara keseluruhan terus mendorong ekspansi ekonomi di kawasan ini,” ujar Kepala Ekonom ADB Albert Park.

Perubahan-perubahan pada kebijakan-kebijakan perdagangan, fiskal, dan imigrasi Amerika Serikat (AS) dapat mengurangi pertumbuhan dan menambah inflasi di negara-negara berkembang Asia dan Pasifik.

Karena perubahan-perubahan kebijakan yang signifikan ini diperkirakan akan memakan waktu dan dilakukan secara bertahap, dampaknya terhadap kawasan ini kemungkinan besar baru akan terlihat mulai 2026. 

Namun, dampaknya dapat terlihat pada 2025 jika kebijakan tersebut diimplementasikan lebih awal dan lebih cepat dari yang diharapkan, atau jika perusahaan-perusahaan yang berbasis di AS melakukan impor lebih awal untuk menghindari potensi tarif.

":Kebijakan-kebijakan yang diperkirakan akan diterapkan oleh pemerintahan baru AS dapat memperlambat pertumbuhan dan mendorong inflasi sampai batas tertentu di China, dan juga berdampak pada perekonomian lain di Asia dan Pasifik," kata Park. (Wahyu Dwi Anggoro)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |