Saham Grup Bakrie serentak turun tajam pada Jumat (15/11/2024) usai melesat belakangan ini, turut terimbas koreksi pasar saham secara umum.
Saham Grup Bakrie Jatuh, DEWA-BRMS Turun 8 Persen. (Foto: Freepik)
IDXChannel – Saham Grup Bakrie serentak turun tajam pada Jumat (15/11/2024) usai melesat belakangan ini, turut terimbas koreksi pasar saham secara umum.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham emiten kontraktor pertambangan PT Darma Henwa Tbk (DEWA) merosot 8,87 persen ke Rp113 per saham hingga penutupan sesi I, usai terdepresiasi 8,82 persen kemarin.
Saham DEWA sempat reli 4 hari beruntun selama 8-13 November 2024 seiring adanya rumor aksi korporasi dan masuknya konglomerat Indonesia.
Pengamat pasar modal Michael Yeoh menjelaskan, saat dihubungi IDXChannel.com, Rabu (13/11/2024), kenaikan saham DEWA beberapa hari lalu seiring tersengat potensi aksi korporasi (corporate action) dan masuknya investor strategis, yakni pemilik Grup Salim.
Seiring dengan itu, Michael menambahkan, DEWA memiliki potensi valuasi yang signifikan, diperkirakan di kisaran Rp150 per saham hingga Rp200 per saham.
Menurut Michael, potensi ini didorong oleh rencana konversi utang DEWA dalam bentuk obligasi menjadi ekuitas, melalui skema convertible bonds.
“DEWA ini memiliki utang dalam bonds (obligasi) yang nilainya jauh lebih besar dari market cap DEWA. Pembeli dari bonds ini adalah Pak [Anthoni] Salim, selaku pemilik grup Indofood,” kata Michael.
Dia melanjutkan, “utang DEWA dalam obligasi ini akan dikonversi ke dalam ekuitas sehingga DEWA wajib melakukan corporate action untuk menambah ekuitas, salah satunya dengan right issue.”
Selain itu, Yeoh mencatat adanya prospek positif dari proyek tambang emas BRMS dan potensi keuntungan dari royalti batu bara BUMI.
“Kita tahu, DEWA merupakan subkontraktor dari BUMI dan BRMS,” ujarnya.
Dari sisi teknikal, Yeoh mengungkapkan, saham DEWA telah mencapai rekor tertinggi alias all-time high (ATH) dengan peningkatan volume yang signifikan.
Berdasarkan metode Elliott Wave, DEWA kini berada di gelombang (wave) ketiga dengan potensi puncak gelombang di angka Rp170.
“Penentuan target DEWA hanya bisa menggunakan metode Elliot Wave, yang saya lihat saat ini berada dalam wave ketiga, dengan potensi pucuk wave 3 di angka 170,” kata Yeoh.
Sebelumnya, dalam keterbukaan informasi pada 30 Oktober 2024, DEWA mengumumkan rencana audit atas laporan keuangan konsolidasi untuk periode buku yang berakhir 30 September 2024.
Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 31/POJK.04/2015 mengenai keterbukaan informasi serta Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor Kep-00015/BEI/01-2021 tentang kewajiban penyampaian informasi.
Audit ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan internal perusahaan, terutama terkait dengan kemungkinan adanya rencana aksi korporasi yang sesuai dengan kebutuhan perseroan.
Berdasarkan ketentuan yang berlaku, Darma Henwa berkomitmen untuk menyampaikan hasil audit tersebut paling lambat pada 31 Desember 2024.
Saham emiten Grup Bakrie lainnya, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), terbenam hingga minus 7,69 persen, mencatatkan penurunan 4 hari beruntun.
Saham BRMS sempat meningkat tajam hingga pekan lalu, didorong kenaikan harga emas dunia dan rumor potensi inklusi indeks MSCI.
Saham induk BRMS, emiten tambang PT Bumi Resources Tbk (BUMI) juga terjungkal, turun 7,45 persen, melanjutkan pelemahan sejak Rabu (13/11) lalu.
Tidak hanya itu, saham ENRG memerah 7,35 persen, BNBR berkurang 4,00 persen, dan VKTR melorot 3,57 persen.
Sementara, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 1,08 persen ke 7.136,78, meneruskan koreksi sejak Rabu, di tengah keluarnya investor asing menyusul hasil pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) hingga pemangkasan bobot pasar saham RI di indeks favorit asing MSCI. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.