Saham PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (INPC) ditutup naik tajam pada perdagangan Selasa (19/11/2024).
Saham Bank Artha Graha (INPC) Milik Taipan Aguan Melesat 35 Persen, Imbas Isu Ini? (Foto: MNC Media)
IDXChannel – Saham PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (INPC) ditutup naik tajam pada perdagangan Selasa (19/11/2024).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham INPC melesat 34,43 persen, menyentuh auto rejection atas (ARA), ke Rp164 per saham.
Nilai transaksi tercatat mencapai Rp41,24 miliar dan volume perdagangan 278,70 juta saham.
Saham INPC bergerak liar sejak 21 Oktober 2024, beberapa kali naik belasan hingga di atas 20 persen secara harian.
Seiring dengan itu, pihak BEI juga sempat melakukan penghentian sementara (suspensi) perdagangan INPC, yakni pada 25 Oktober 2024 dan 30 Oktober 2024-7 November 2024.
Dalam sepekan, saham INPC mendaki 20,59 persen, dalam sebulan meningkat 37,87 persen, dan sejak awal tahun (YtD) melambung 124,66 persen.
Pengamat pasar modal Michael Yeoh berpendapat, investor melirik saham INPC seiring dengan rumor soal rencana anak usaha emiten properti PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) untuk melantai di bursa di akhir 2024.
Apalagi, kata Michael, valuasi INPC terbilang murah.
“Anak usaha dari PANI akan melakukan penawaran publik perdana (IPO) pada Desember 2024. Respons pasar dari aksi ini mengarah ke pergerakan INPC, mengingat PBV [price-to book value] INPC yang juga masih dalam valuasi murah, yaitu 0,7-0,8 kali,” kata Michael kepada IDXChannel.com, Selasa (19/11/2024).
Kedua emiten tersebut memang memiliki keterkaitan kuat di bawah kendali taipan Aguan alias Sugianto Kusuma.
Aguan, bos properti raksasa Agung Sedayu Group, berkongsi dengan pengusaha kawakan Tomy Winata di INPC dan menjadi pengendali PANI bersama dengan Grup Salim.
Secara teknikal, menurut amatan Michael, dalam terang Teori Elliott Wave, INPC bergerak dalam gelombang (wave) kelima, rebound dari titik terendah 120.
“Hal tersebut mengindikasikan INPC mencapai dasar (bottom) dari wave keempat, di mana wave kelima berada di angka 200,” katanya.
Sebagai informasi, dalam khazanah analisis teknikal, Teori Elliott Wave membantu memprediksi pergerakan harga dengan pola gelombang berurutan yang terbagi dalam dua fase.
Kedua fase tersebut, yakni fase impulsif (gelombang 1-2-3-4-5) yang searah tren utama, dan fase korektif (gelombang A-B-C) yang melawan tren.
Pola ini kerap digunakan untuk memetakan titik balik harga, terutama saat dikombinasikan dengan Fibonacci retracement. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.