Proses penawaran umum perdana (IPO) saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) sukses menarik perhatian luas di kalangan investor.
Potensi Saham Adaro Andalan (AADI): Target Rp30 Ribu dengan Valuasi Premium. (Foto: Freepik)
IDXChannel – Proses penawaran umum perdana (IPO) saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) sukses menarik perhatian luas di kalangan investor.
Entitas bisnis yang baru saja dilepas PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (sebelumnya PT Adaro Energy Indonesia Tbk) atau ADRO ini dinilai memiliki prospek yang cerah dan berhak diberikan valuasi premium, mencerminkan kekuatan fundamental dan prospeknya di industri batu bara.
Menurut analis Sucor Sekuritas, Yoga Ahmad Gifari, dalam riset yang terbit pada Senin (2/12/2024), AADI menunjukkan kekuatan sebagai salah satu perusahaan batu bara dengan prospek cemerlang di tengah dinamika geopolitik global.
Dukungan cadangan mencapai 917 juta ton dan sumber daya sebesar 4,1 miliar ton menjadikan AADI mampu mempertahankan produksi hingga 80 tahun ke depan. Dengan efisiensi biaya yang unggul, AADI terus mencatat margin tertinggi di industrinya.
AADI juga memiliki posisi keuangan yang kokoh, termasuk kas sekitar USD1 miliar. Kondisi ini memberikan fleksibilitas untuk ekspansi, baik organik maupun anorganik.
Yoga menjelaskan, dengan fundamental yang kuat, AADI berpeluang memanfaatkan ketegangan geopolitik yang mendorong kenaikan harga batu bara.
Pada saat siklus harga batu bara melonjak pada 2021–2022, saham ADRO—dulu induk AADI—mencatat kenaikan lebih dari tiga kali lipat.
“Dengan dinamika serupa saat ini, potensi laba dan harga saham AADI berpeluang meningkat secara signifikan, didukung oleh fundamental yang kuat dan meningkatnya permintaan terhadap energi yang andal,” kata Yoga.
Menuju Indeks MSCI
Yoga juga menyoroti peluang AADI untuk masuk dalam indeks acuan investor institusi, MSCI Indonesia Index, melanjutkan jejak ADRO yang sudah tergabung sejak 2009.
Dengan valuasi pasar yang perlu mencapai USD3 miliar dan free float 50 persen, AADI diyakini mampu memenuhi syarat tersebut.
Target ini realistis, demikian mengutip analisis Yoga, mengingat valuasi price-to earnings (PE) AADI saat ini hanya sekitar 3 kali, jauh di bawah rata-rata industri.
“Dengan fundamental yang solid dan prospek pertumbuhan yang menjanjikan, inklusi AADI dalam indeks MSCI dapat menjadi katalis tambahan yang mendorong kinerja harga sahamnya,” katanya.
Diversifikasi Aset
Diversifikasi portofolio menjadi pilar penting bagi ketahanan laba AADI.
Selain tambang batu bara termal, perusahaan memiliki pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 1.060 MW yang akan beroperasi pada 2026, dengan kontribusi laba sekitar USD65 juta per tahun (7 persen dari total laba perusahaan).
Selain itu, kepemilikan 43 persen di tambang Kestrel, Australia, menambah laba sekitar USD50 juta setiap tahun (5 persen dari total laba).
Dengan asumsi harga jual rata-rata (ASP) sebesar USD71 per ton pada 2025 dan USD65 per ton pada 2026, laba konsolidasi AADI diproyeksikan mencapai USD888 juta pada 2025 dan USD853 juta pada 2026.
Valuasi Premium
Sucor Sekuritas merekomendasikan buy pada saham Adaro Andalan Indonesia (AADI) dengan target harga premium Rp30.100 per saham, yang berarti potensi kenaikan (upside) hingga 442 persen dari harga IPO.
Pada harga IPO Rp5.550 per saham (valuasi pasar USD2,6 miliar), AADI menawarkan valuasi menarik dengan rasio price-to-earnings (PE) hanya 2,3 kali proyeksi 2024, jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata industri 5,0 kali.
Menggunakan pendekatan discounted cash flow (DCF), AADI dihargai pada valuasi intrinsik USD7,3 miliar atau setara Rp14.600 per saham.
Perhitungan ini didasarkan pada arus kas bebas (FCF) hingga kontrak berakhir pada 2042, tanpa nilai terminal (terminal value), menghasilkan angka PE 8,3 kali dan EV/EBITDA 6,2 kali.
Sucor Sekuritas melihat tiga katalis utama yang dapat mendorong valuasi AADI lebih tinggi.
Pertama, ketegangan geopolitik yang berpotensi mendongkrak harga komoditas energi, termasuk batu bara.
Kedua, potensi masuk MSCI Index. Jika berhasil memenuhi kriteria, ini dapat menarik minat investor institusi.
Ketiga, regulasi yang mendukung sektor energi. Potensi insentif pemerintah dapat memperkuat daya saing AADI.
Dengan mempertimbangkan faktor di muka, Sucor mematok target harga Rp30.100 per saham (valuasi pasar USD15,1 miliar) dan diproyeksikan memiliki rasio forward PE 17 kali.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya selama lonjakan harga batu bara 2021–2022, saham perusahaan batu bara cenderung mengalami overshooting.
Sebagai informasi, overshooting adalah situasi di mana harga saham atau valuasi suatu perusahaan melampaui nilai wajar atau fundamentalnya, biasanya karena faktor sementara seperti lonjakan harga komoditas atau sentimen pasar yang berlebihan.
Dengan berbagai katalis positif jangka pendek, Sucor Sekuritas optimis AADI dapat mengalami re-rating (penilaian ulang terhadap valuasi suatu perusahaan) yang signifikan.