Pelaku pasar saham untuk mencermati empat sentimen berikut agar tetap bisa mendulang cuan.
IHSG Pekan Ini Akan Diisi Banyak Sentimen Global dan Domestik, Begini Analisisnya (FOTO:MNC Media)
IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepekan 17-21 Maret 2025 akan diisi banyak sentimen baik global maupun domestik.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Dimas Krisna Ramadhani mengimbau pelaku pasar saham untuk mencermati empat sentimen berikut agar tetap bisa mendulang cuan.
"Pertama, sentimen keputusan suku bunga Bank Sentral Jepang (BOJ). Pada Rabu nanti, Bank Sentral Jepang akan mengumumkan keputusan tingkat suku bunga acuannya. Berdasarkan konsensus, BOJ diperkirakan akan menahan tingkat suku bunganya di level saat ini (0,5 persen)," kata Dimas dalam risetnya, Senin (17/3/2025).
Melihat kondisi makro ekonomi Negeri Sakura tersebut, di mana indikator inflasi yang konsisten mengalami kenaikan dalam 2 tahun terakhir, maka besar kemungkinan BOJ akan melakukan kenaikan suku bunga ke depannya.
"Kekhawatiran bagi pelaku pasar adalah jika BOJ mendadak meningkatkan suku bunganya atas dasar menjaga stabilitas perekonomian negaranya maka hal ini akan memicu Carry Trade terjadi lagi. Diketahui, pada 5 Agustus 2024 lalu indeks saham global mengalami penurunan yang signifikan yang disebabkan Carry Trade ini karena pada saat itu keputusan BOJ untuk meningkatkan suku bunganya yang diluar ekspektasi pelaku pasar," katanya.
Kedua, keputusan RDG BI. Di tanggal yang sama BI akan mengumumkan tingkat suku bunga acuannya yang berdasarkan konsensus BI diperkirakan juga menahan di level saat ini (5,75 persen).
Jika melihat indikator makro ekonomi dalam negeri memang secara pertimbangan logis sebaiknya BI tetap mempertahankan tingkat suku bunganya di level saat ini di bulan ini.
"Dua indikator yang menjadi justifikasi saya adalah nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS dan inflasi di dalam negeri. Apabila BI memangkas suku bunganya di level saat ini untuk meningkatkan inflasi yang di Januari lalu Indonesia mencatatkan deflasi pertama kali sejak Maret 2000 maka akan berdampak terhadap tekanan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS," ujar Dimas.
Ia menambahkan sedangkan apabila BI meningkatkan suku bunga acuannya, hal ini cenderung berat dilakukan karena tren penurunan suku bunga yang dilakukan mayoritas bank sentral dunia dan justru akan semakin menurunkan kemampuan daya beli masyarakat yang digambarkan melalui indikator inflasi tadi.
"Oleh karenanya, menahan suku bunga di level saat ini saya kira menjadi keputusan yang paling tepat bagi BI di bulan ini karena di bulan ini juga bertepatan dengan musim Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri yang akan meningkatkan konsumsi masyarakat yang harapannya akan memberikan catatan baik untuk inflasi di bulan ini," kata Dimas.
Ketiga, keputusan suku bunga The Fed. Pada Kamis mendatang The Fed juga akan mengumumkan keputusan tingkat suku bunganya yang berdasarkan konsensusnya, The Fed akan juga menahan tingkat suku bunganya di level saat ini (4,25-4,5 persen).
Selama seminggu kemarin, narasi kemungkinan resesi terjadi pada ekonomi AS terdengar sangat nyaring bagi pelaku pasar. Hal ini dipicu oleh ketidakjelasan kebijakan tarif yang dilakukan Trump.
"Seperti yang kita ketahui, apabila tarif impor ini diberlakukan oleh AS untuk negara-negara yang dituju maka hal ini akan membuat negara lain melakukan tarif balasan yang sama bagi AS. Hal ini akan berdampak terhadap kenaikan harga barang-barang (inflasi), dan juga pertumbuhan ekonomi global," kata Dimas.
Maka dalam beberapa minggu-bulan ke depan, akan sangat penting bagi pelaku pasar memperhatikan perkembangan yang terjadi di perekonomian global ini.
Apabila perang tarif dilakukan dan berdampak terhadap kondisi ekonomi maka besar kemungkinan The Fed juga akan mengambil keputusan mengikuti kondisi yang ada dan juga akan berpengaruh terhadap pergerakan indeks saham dunia.
Keempat, ex-date dividen BBCA. Pada hari terakhir di minggu ini bertepatan dengan ex-date jadwal pembagian dividen BBCA. BBCA akan melakukan pembagian dividen final untuk tahun buku 2024 sebesar Rp250 per lembar saham setelah dikurangi dividen interim yang telah dibagikan 11 Desember 2024.
Secara historikal, apabila suatu saham berencana untuk membagikan dividen maka menciptakan volatilitas bagi pergerakan sahamnya.
"Oleh karenanya, saya ingin mengingatkan bagi investor untuk tetap mempertimbangkan kondisi market saat ini yang cenderung sangat volatile meskipun momentum pembagian dividen ini sangat menggiurkan," ujar Dimas.
Berkaca pada sentimen di atas, PT Indo Premier Sekuritas merekomendasikan:
1. Buy UNVR (Current Price 1.300, Entry 1.300, Target Price 1.480 (13,85 persen), Stop Loss 1.210 (-6,92 persen) dan Risk to Reward Ratio 1:2,0).
2. Buy GOTO (Current Price 80, Entry 80, Target Price 89 (11,25 persen), Stop Loss 76 (-5,00 persen) dan Risk to Reward Ratio).
3. Buy Reksa Dana Saham Premier ETF PEFINDO i-Grade (XIPI).
(Kunthi fahmar sandy)