Harga minyak melemah pada Rabu (4/12/2024) meski OPEC+ diperkirakan menunda rencana pemulihan 2,2 juta barel produksi.
Harga Minyak Turun 2 Persen, Pasar Was-Was Jelang Keputusan OPEC+. (Foto: Freepik)
IDXChannel – Harga minyak melemah pada Rabu (4/12/2024) meski OPEC+ diperkirakan menunda rencana pemulihan 2,2 juta barel produksi. Penurunan ini terjadi di tengah laporan persediaan minyak Amerika Serikat (AS) yang turun lebih besar dari perkiraan.
Minyak mentah WTI merosot 2,00 persen ke USD68,54 per barel, sedangkan Brent terkoreksi 1,78 persen menjadi USD72,31 per barel.
OPEC+ dijadwalkan mengadakan pertemuan virtual pada Kamis, dan diperkirakan kembali menunda rencana menambah pasokan melalui peningkatan produksi sukarela sebesar 180.000 barel per hari setiap bulan.
Rencana saat ini adalah memulai penambahan pasokan pada Januari 2025, tetapi laporan menunjukkan kemungkinan penundaan hingga kuartal II-2025.
Namun, kondisi pasar di kuartal II-2025 diperkirakan lemah, seiring lembaga-lembaga proyeksi utama memperkirakan peningkatan produksi dari Amerika Serikat, Kanada, dan Amerika Selatan yang cukup untuk memenuhi pertumbuhan permintaan yang lemah dari China dan wilayah lainnya.
Hal ini dapat meningkatkan persediaan global dan melemahkan harga.
"Desas-desus di koridor kantor pusat OPEC di Wina menyebutkan bahwa penurunan produksi sukarela yang direncanakan kembali akan ditunda,” kata PVM Oil Associates, dikutip MT Newswires, Rabu (4/12).
“Sulit untuk tidak bertanya-tanya seberapa lama organisasi ini dan para anggotanya bersedia mengorbankan pangsa pasar, baik eksternal maupun internal, dalam upaya yang tampaknya meragukan dan sebagian besar tidak efektif untuk mendukung harga minyak,” ujarnya.
Di sisi lain, demikian mengutip PVM, tampak jelas ke arah mana harga akan bergerak ketika barel tambahan masuk ke pasar.
Namun, menurut konsultan dan perusahaan riset pasar Ritterbusch, perbedaan pendapat di dalam OPEC tampaknya meningkat seiring berlanjutnya penurunan produksi sukarela bulan demi bulan.
Kondisi ini dapat menempatkan Arab Saudi pada posisi untuk memotong produksi lebih jauh secara independen atau bergabung dengan produsen lain untuk meningkatkan produksi guna mempertahankan pangsa pasar.
Sementara, penurunan lebih besar dari perkiraan sebesar 5,1 juta barel pada persediaan minyak mentah AS pekan lalu diimbangi oleh peningkatan persediaan bensin dan diesel karena kilang meningkatkan kapasitas operasinya.
Dalam survei mingguan, Administrasi Informasi Energi (EIA) AS melaporkan persediaan minyak AS turun 5,1 juta barel pekan lalu, dibandingkan perkiraan analis dalam survei Oilprice.com yang memperkirakan penurunan sebesar 2,06 juta barel.
Laporan ini bertentangan dengan survei mingguan American Petroleum Institute (API) yang dirilis Selasa, yang melaporkan persediaan minyak AS naik 1,23 juta barel pekan lalu.
Risiko geopolitik memberikan sedikit dukungan terhadap harga minyak di tengah perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Lebanon yang tetap berlangsung meski sering dilanggar, tekanan pemberontak Suriah terhadap pemerintah dan pasukan Rusia, serta perang yang berlanjut di Ukraina.
Selain itu, deklarasi darurat militer oleh Presiden Korea Selatan pada Selasa, yang segera dibatalkan oleh parlemen yang dikuasai oposisi, menimbulkan ketidakstabilan tak terduga di ekonomi terbesar ke-12 dunia tersebut. (Aldo Fernando)