YONO adalah singkatan dari ‘You Only Need One, yang bila diartikan dalam bahasa Indonesia berarti ‘kamu hanya butuh satu kali.'
Apa Itu Istilah YONO yang Viral, Kebalikan Prinsip YOLO, Ini Penjelasannya. (Foto: Freepik)
IDXChannel—Apa itu istilah YONO yang viral? YONO adalah singkatan dari ‘You Only Need One’, yang bila diartikan dalam bahasa Indonesia berarti ‘kamu hanya butuh satu kali’, istilah ini belakangan populer di kalangan gen z.
Boleh dibilang YONO adalah prinsip yang berkebalikan dari YOLO (You Only Live Once). Gaya hidup YOLO menekankan pentingnya untuk menghargai waktu dan kesempatan, karena manusia hidup hanya sekali.
Prinsip ini seringkali digunakan sebagai motivasi individu untuk keluar dari zona nyamannya, sehingga dia berani mencoba hal baru yang mungkin tidak familiar baginya. Karena hidup hanya sekali, maka rugi jika enggan merasakan pengalaman baru.
YOLO juga digunakan untuk justifikasi agar individu mau sedikit bermurah hati kepada dirinya sendiri, tujuannya agar individu tidak terlalu keras dan pelit kepada diri sendiri, dan mau memikirkan kesenangan pribadi sesekali.
Namun ada kalanya YOLO disalahartikan sebagai justifikasi untuk bertindak dan mengambil keputusan tanpa pertimbangan matang. Baik dalam hal yang berkaitan dengan materi ataupun keputusan-keputusan penting.
Misalnya, karena menganut prinsip YOLO, gaji bulanan terus dihabiskan untuk membeli barang yang diinginkan dan hang out di tempat-tempat mewah. Padahal hiburan adalah kebutuhan yang bersiat tersier.
Jadi, ada kalanya YOLO perlu diterapkan, tapi ada kalanya juga penerapan YOLO sudah berlebihan. Namun pada akhirnya, YOLO mulai dianggap sebagai prinsip yang menekankan konsumerisme, mengejar kesenangan sesaat agar hidup tidak sia-sia.
Padahal, kesenangan bisa diraih dengan banyak cara tanpa harus mengorbankan kesehatan finansial dan mental.
Apa Itu Istilah YONO yang Viral di Medsos, Bermula dari Korea Selatan
Setelah istilah YOLO populer, kini muncul istilah baru di kalangan anak muda, yakni YONO. You Only Need One, atau ‘Kamu hanya butuh satu kali’ adalah kebalikan dari prinsip YOLO.
Jika YOLO menekankan bahwa hidup cuma sekali = ‘maka dari itu lakukanlah hal yang kamu mau sebelum menyesal’, maka YONO menekankan prinsip efisiensi, di mana individu tidak membutuhkan terlalu banyak hal.
YONO tidak berarti individu benar-benar hanya sekali membeli sesuatu, tapi menekankan efisiensi, bahwa membeli sesuatu tidak harus setiap saat atau setiap kali Anda sedang ingin. Namun sesekali saja dalam kurun periode waktu tertentu tidak apa-apa.
Istilah YONO ini mulai populer di kalangan gen z Korea Selatan sejak pertengahan tahun lalu. YONO berbanding terbalik dengan prinsip YOLO. YONO justru menekankan konsumsi secukupnya dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin.
Melansir Korean Times (10/1), anak muda di Korea Selatan mulai mengubah pola konsumsinya. Misalnya, mereka mulai beranggapan dari pada menghabiskan uang banyak untuk omakase di restoran, lebih baik uang itu digunakan untuk keperluan lain.
Di Indonesia, respon seperti itu disebut dengan ‘mendang-mending’, dan respon ini cukup lazim muncul di kalangan masyarakat Indonesia. Perubahan pola konsumsi ini tercatat dalam data NH NongHyup Bank.
Data transaksi kartu pada 2022 sampai akhir Juni 2024 menunjukkan penurunan transaksi dine out di kalangan anak muda usia 20 dan 30-an sebesar 9 persen, sementara konsumsi makanan minimarket justru naik 21 persen.
Prinsip YONO hampir mirip dengan gaya hidup minimalis dan frugal living, di mana individu membatasi konsumsi dan kepemilikan dengan fokus keberlanjutan jangka panjang. YONO menjadi gaya hidup alternatif untuk menghadapi kondisi perekonomian yang tak menentu.
Dengan mempraktikkan prinsip YONO, individu dituntut untuk lebih sadar terhadap pilihan-pilihan konsumsinya dan membatasi kepemilikan barang untuk menghindari pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu.
Itulah penjelasan singkat tentang apa itu istilah YONO yang viral.
(Nadya Kurnia)