Saham Adaro Andalan (AADI) Melesat 10 Persen, Tatap Target Baru?

5 hours ago 1

Saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) rebound pada Jumat (10/1/2025) usai cenderung terkoreksi beberapa hari terakhir.

Saham Adaro Andalan (AADI) Melesat 10 Persen, Tatap Target Baru? (Foto: Adaro Andalan)

Saham Adaro Andalan (AADI) Melesat 10 Persen, Tatap Target Baru? (Foto: Adaro Andalan)

IDXChannel – Saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) rebound pada Jumat (10/1/2025) usai cenderung terkoreksi beberapa hari terakhir.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham AADI ditutup melejit 10,06 persen ke level Rp8.475 per saham, dengan nilai transaksi Rp434,96 miliar.

Saham AADI menguat 7,28 persen dalam sepekan, tetapi merosot 17,52 persen dalam sebulan terakhir.

Saham AADI sempat menyentuh level tertinggi (ATH) intraday di Rp11.375 per saham pada perdagangan 10 Desember 2024. Namun, sejak saat itu, pergerakan saham cenderung melemah.

Pada awal debutnya di bursa, saham AADI sempat melonjak tajam dan mencetak auto rejection atas (ARA) sebesar 20 persen selama tiga hari berturut-turut, yakni pada 5, 6, dan 9 Desember 2024.

AADI menjadi emiten ke-40 yang tercatat di 2024 dan sangat diantisipasi oleh investor seiring proses pemisahan bisnis (spin-off) oleh PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (sebelumnya PT Adaro Energy Indonesia Tbk) alias ADRO.

Sebelumnya, AADI telah menyelesaikan proses initial public offering (IPO) pada 29 November hingga 3 Desember 2024 dengan harga Rp5.550 per saham.

Dalam IPO ini, perusahaan melepas 778,68 juta saham atau 10 persen dari total modal yang disetor, sehingga berpotensi meraih dana hingga Rp4,32 triliun.

Target Baru

Mengutip Bloomberg, Jumat (10/1/2025), BNI Sekuritas menyematkan rekomendasi beli (buy) baru untuk AADI.

BNI Sekuritas memberikan target harga Rp9.200 per saham. Apabila dihitung dari harga penutupan hari ini, ada potensi kenaikan (upside) hingga 8,55 persen.

Prospek Cerah?

Saham AADI mencuri perhatian sebagai IPO terbesar di IHSG di 2024.

Selain peluang trading jangka pendek, menurut riset Stockbit Sekuritas pada 5 Desember 2024, AADI dinilai menarik untuk investasi jangka panjang berkat potensi imbal hasil dividen alias dividend yield yang mencapai sekitar 17 persen dari harga IPO.

Valuasi IPO AADI yang rendah, yakni 2,9 kali berdasarkan rasio price-to earnings (P/E) untuk tahun fiskal 2025 (FY25F), membuka peluang re-rating hingga 5x P/E atau Rp9.650 per saham (74 persen dari harga IPO).

Bahkan, kata analis Stockbit, jika mendekati rata-rata valuasi historis induknya, PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), harga saham AADI bisa mencapai Rp13.525 per saham (+144 persen dari harga IPO).

Dengan asumsi dividend payout ratio (DPR) 50 persen, dividen AADI tahun 2025 diperkirakan mencapai Rp966 per saham.

Angka ini lebih tinggi dibandingkan pemain besar lainnya, seperti PTBA dan ITMG, didukung stabilitas harga batu bara yang diproyeksikan bertahan di kisaran USD130 per ton pada 2025.

Sementara, menurut riset Sucor Sekuritas, terbit pada 2 Desember 2024, AADI memiliki prospek cerah sebagai salah satu pemain utama di sektor batu bara.

Cadangan 917 juta ton dan sumber daya 4,1 miliar ton memastikan kapasitas produksi hingga 80 tahun ke depan. Dengan margin industri tertinggi dan posisi kas mencapai USD1 miliar, AADI memiliki fleksibilitas untuk ekspansi.

AADI juga berpeluang masuk dalam MSCI Indonesia Index, didukung valuasi pasar yang dapat mencapai USD3 miliar dan free float 50 persen. Diversifikasi aset melalui tambang Kestrel di Australia dan PLTU berkapasitas 1.060 MW menambah pendapatan hingga USD115 juta per tahun mulai 2026.

Sucor memproyeksikan laba AADI pada 2025 mencapai USD888 juta, dengan valuasi premium Rp30.100 per saham, memiliki potensi naik (upside) 442 persen dari harga IPO Rp5.550. Tiga katalis utama adalah ketegangan geopolitik, potensi masuk MSCI, dan regulasi pendukung sektor energi.

Dengan PE hanya 2,3 kali proyeksi 2024, AADI dinilai undervalued dan berpotensi mengalami re-rating signifikan, didorong momentum positif di pasar batu bara.

AADI dinilai mampu mempertahankan daya saing meski prospek harga batu bara diperkirakan melemah dalam beberapa tahun mendatang.

Menurut riset analis CGS International (CGSI) Indonesia, yang terbit pada 19 Desember 2024, emiten batu bara termal dengan struktur biaya rendah ini mencatatkan margin kas tertinggi dibandingkan para pesaingnya, yakni mencapai 44 persen pada 2023.

AADI melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana (IPO) pada 5 Desember lalu.

AADI, yang mengelola batu bara berkalori menengah (4.200-5.000 kcal per kg), mencatat rasio pengupasan (strip ratio) sebesar 4,5 kali—jauh di bawah rata-rata industri yang mencapai 10 kali. Hal ini, kata analis CGSI, menjadi kunci efisiensi biaya yang membuat AADI unggul, terutama saat harga batu bara melemah.

Namun, prospek ke depan menghadapi tantangan. CGSI memperkirakan harga batu bara akan turun menjadi USD110 per ton pada 2025 dan USD95 per ton pada 2026, dibandingkan proyeksi USD135 per ton tahun ini.

Akibatnya, pendapatan AADI diperkirakan menurun masing-masing 16 persen dan 11 persen pada 2025 dan 2026.

Dari sisi produksi, AADI diperkirakan mampu meningkatkan output hingga 68,3 juta ton pada 2026, naik 2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, laba inti diproyeksikan turun menjadi USD756 juta pada 2025 dan USD645 juta pada 2026.

Untuk pembagian dividen, CGSI memperkirakan AADI menerapkan payout ratio 40 persen pada 2025-2026, menghasilkan imbal hasil dividen sekitar 5,9-7 persen, di bawah rata-rata industri sebesar 6-9,5 persen.

Dalam skenario optimistis, rasio pembayaran dividen bisa mencapai 55 persen, sedangkan skenario pesimistis menyebut potensi penurunan hingga 25 persen terkait kebutuhan belanja modal dan pelunasan utang.

Menyusul kenaikan harga saham 56 persen sejak IPO per 18 Desember 2024, CGSI memberikan rekomendasi hold (tahan) pada AADI dengan target harga Rp8.900 per saham berbasis diskonto arus kas (discounted cash flow/DCF).

Valuasi ini mengimplikasikan rasio harga terhadap laba (P/E) sebesar 5,9 kali untuk 2025, mendekati rata-rata industri.

Potensi kenaikan harga saham AADI terletak pada peningkatan harga batu bara dan dividen, sementara risiko penurunan mencakup realisasi harga batu bara yang lebih rendah serta pembagian dividen yang tidak sesuai ekspektasi.

Valuasi AADI juga dinilai menarik oleh analis Nomura Ahmad Maghfur Usman.

Dalam risetnya, Ahmad berpendapat, Adaro Andalan memiliki kemampuan kuat dalam menghasilkan arus kas dengan imbal hasil dividen yang tinggi.

Analis Nomura tersebut memperkirakan perusahaan ini mampu mencatatkan arus kas tahunan yang solid, antara USD850 juta hingga USD1 miliar, didukung oleh skala operasinya yang besar serta harga batu bara yang relatif stabil.

Nomura memulai cakupan atas saham Adaro Andalan dengan rekomendasi beli dan target harga sebesar Rp10.700. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |