Harga emas dunia meningkat pada Senin (9/12/2024) menjelang penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan pekan depan.
Harga Emas Naik Dipicu Risiko Geopolitik Pasca Jatuhnya Rezim Assad. (Foto: Freepik)
IDXChannel - Harga emas dunia meningkat pada Senin (9/12/2024) menjelang penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan pekan depan.
Sementara, kejatuhan mendadak rezim Assad di Suriah menambah risiko geopolitik.
Menurut data pasar, emas spot (XAU/USD) naik 1,03 persen ke level USD2.660,32 per troy ons, level tertinggi sejak 22 November. Kenaikan ini didorong oleh pembelian aset aman menyusul runtuhnya pemerintahan Suriah.
Melansir dar MT Newswires, Senin (9/12), Presiden Suriah Bashar al-Assad melarikan diri ke Moskow akhir pekan lalu setelah pasukan pemberontak merebut ibu kota Damaskus, hanya beberapa hari setelah menguasai Aleppo, kota terbesar di negara itu.
Dukungan terhadap emas juga datang dari penurunan suku bunga global, dengan Komite Kebijakan (FOMC) Federal Reserve (The Fed) AS diperkirakan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada akhir pertemuan dua harinya pekan depan.
Di sisi lain, China berjanji melonggarkan kebijakan ekonominya, sementara bank sentral Kanada dan negara lainnya juga diperkirakan terus menurunkan suku bunga.
“Emas diperdagangkan lebih kuat di awal pekan dengan fokus pada geopolitik dan kebijakan bank sentral. Beberapa bank sentral, dipimpin oleh Federal Reserve, diperkirakan memangkas suku bunga, sementara perkembangan di Suriah akan diawasi secara ketat,” kata Saxo Bank.
Kenaikan emas juga terjadi setelah bank sentral China melanjutkan pembelian emasnya usai jeda enam bulan. Data yang dirilis akhir pekan menunjukkan cadangan emas People's Bank of China (PBOC) meningkat menjadi 72,96 juta ons pada akhir November, dari 72,80 juta pada Oktober.
Menurut analis XS.com, Samer Hasn, dikutip Dow Jones Newswires, Senin (9/12), kenaikan harga emas akibat pembelian China dapat mengimbangi berkurangnya permintaan aset aman dari berkurangnya ketegangan geopolitik Timur Tengah dan ekonomi AS yang kuat.
Ia menambahkan, kombinasi pembelian emas dan penurunan suku bunga global secara bertahap dapat menghidupkan kembali tren bullish harga emas.
Namun, premi risiko geopolitik yang sebelumnya mendukung harga emas mungkin menurun. Pasca jatuhnya rezim Assad di Suriah, Iran kini dinilai kurang mampu mengancam Israel.
Di sisi lain, menurut Bank of America (BoA), harga emas diperkirakan tetap berada di jalur menuju USD3.000 per troy ons pada tahun depan, meski investor perlu bersabar karena periode konsolidasi saat ini mungkin berlangsung hingga paruh pertama 2025.
"Untuk saat ini, emas masih terjebak dalam situasi di mana belum ada faktor konkret yang mampu mengembalikan minat investor ke pasar," ujar Kepala Riset Logam di BoA, Michael Widmer, dalam webinar 2025 Outlook pekan lalu.
Indeks dolar AS terakhir tercatat naik tipis 0,03 poin menjadi 106,88.
Imbal hasil obligasi AS juga meningkat, dengan surat utang dua tahun berada di level 4,131 persen, naik 1,9 basis poin, sementara obligasi 10 tahun menguat 2,1 basis poin menjadi 4,191 persen. (Aldo Fernando)