Harga emas bertahan di atas USD3.000 per troy ons selama dua hari berturut-turut pada Senin (17/3/2025), didukung pelemahan dolar Amerika Serikat (AS).
Harga Emas Dunia Naik Lagi, Kembali ke Atas Level USD3.000. (Foto: Freepik)
IDXChannel - Harga emas bertahan di atas USD3.000 per troy ons selama dua hari berturut-turut pada Senin (17/3/2025), didukung pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) dan berlanjutnya aksi beli aset aman.
Berdasarkan data pasar, harga emas spot (XAU/USD) naik 0,54 persen ke USD3.001,13 per troy ons pada, setelah mencetak rekor tertinggi (ATH) USD3.004,86 pada Jumat (14/3) pekan lalu.
Dalam setahun terakhir, harga logam mulia ini telah melonjak 37 persen, ditopang oleh suku bunga yang menurun serta permintaan aset aman di tengah ketidakpastian akibat konflik di Timur Tengah dan ketegangan perdagangan yang terus berlanjut di bawah Presiden AS Donald Trump.
“Keprihatinan terhadap pertumbuhan, inflasi yang masih tinggi, ditambah dengan ketidakpastian ekonomi global dan geopolitik serta isu utang fiskal terus menopang harga emas,” kata Saxo Bank, dikutip MT Newswires.
Kenaikan harga emas juga terjadi meskipun laporan Commitment of Traders dari CFTC pada Jumat lalu menunjukkan penurunan posisi kontrak emas yang dipegang oleh manajer investasi.
Namun, menurut analis Mizuho Securities USA, Robert Yawger, pembeli baru tampaknya mulai masuk ke pasar.
"Saya menduga pembelian oleh bank sentral turut berperan dalam menopang harga, mengingat banyak laporan yang menyebut China terus menambah cadangannya," ujarnya.
"ETF berbasis emas juga memberikan dukungan pada 2025."
Meski demikian, Yawger menilai emas sudah memasuki wilayah jenuh beli di atas USD3.000 per troy ons.
Pelaku pasar kini menanti proyeksi ekonomi terbaru dari Federal Reserve (The Fed) yang akan dirilis pekan ini. Laporan tersebut akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai bagaimana bank sentral AS melihat dampak kebijakan Trump terhadap perekonomian, yang sebelumnya dianggap cukup solid.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan pada Minggu bahwa tidak ada jaminan AS akan terhindar dari resesi, meski bisa saja terjadi penyesuaian ekonomi.
"Saya memperkirakan ada konsolidasi harga emas. Saat ini, pasar masih dalam mode 'tunggu dan lihat' menjelang keputusan The Fed," kata direktur perdagangan logam di High Ridge Futures, David Meger.
Pelaku pasar memprediksi The Fed mempertahankan suku bunga pada Rabu ini, dengan kemungkinan pemangkasan berikutnya pada Juni.
Emas yang tidak memberikan imbal hasil dianggap sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian dan cenderung menguat dalam lingkungan suku bunga rendah.
Data terbaru menunjukkan penjualan ritel di AS naik, tetapi di bawah ekspektasi, menandakan pertumbuhan ekonomi yang moderat di tengah dampak tarif impor dan pemutusan hubungan kerja pegawai federal terhadap sentimen pasar.
"Jika data ekonomi terus melemah dan perang tarif global semakin memanas, emas akan tetap diuntungkan," demikian mengutip analis Heraeus Metals.
Sementara itu, Trump mengatakan berencana berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa untuk membahas upaya mengakhiri perang di Ukraina.
Dolar AS yang melemah turut mendukung harga komoditas yang diperdagangkan dalam mata uang tersebut.
Indeks ICE dolar turun 0,29 poin ke 103,43. Di pasar obligasi, imbal hasil obligasi AS bervariasi, dengan surat utang dua tahun naik 1,0 basis poin menjadi 4,04 persen, sementara obligasi 10 tahun merosot 3,2 basis poin ke 4,285 persen. (Aldo Fernando)