POWR Ungkap Alasan Refinancing Surat Utang USD500 Juta

1 week ago 4

PT Cikarang Listrindo Tbk (POWR) berencana menerbitkan surat utang (notes) maksimal USD500 juta

 Dok. POWR)

PT Cikarang Listrindo Tbk (POWR) berencana menerbitkan surat utang (notes) maksimal USD500 juta. (Foto: Dok. POWR)

IDXChannel - PT Cikarang Listrindo Tbk (POWR) berencana menerbitkan surat utang (notes) maksimal USD500 juta. Penerbitan surat utang itu dilakukan untuk melunasi surat utang (refinancing) yang jatuh tempo pada 2026.

Dalam penerbitan notes itu, POWR menetapkan bunga maksimal 7 persen per tahun, lebih tinggi daripada notes yang lama sebesar 4,95 persen per tahun. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan soal alasan POWR menerbitkan surat utang baru dengan bunga lebih tinggi yang bakal menambah beban keuangan.

Direktur Keuangan POWR, Christanto Pranata beralasan, perseroan memiliki beberapa pertimbangan untuk melakukan refinancing surat utang lama. Salah satunya agar kemampuan likuiditas perseroan meningkat.

Selain itu, kata dia, POWR selama ini cukup rajin menerbitkan surat utang di pasar internasional sejak 2010. Penerbitan surat utang sebelumnya dilakukan pada 2010, 2012, dan 2016 di Bursa Efek Singapura.

"Rencana penerbitan surat utang (notes) akan memungkinkan fleksibilitas struktur pembiayaan dengan jangka waktu yang dapat disesuaikan dan tingkat bunga yang lebih kompetitif," katanya lewat surat jawaban kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (6/11/2024).

Christanto mengatakan, perseroan akan mematuhi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) dalam melakukan aksi korporasi. POWR akan menunjuk penilai independen paling lambat dua hari kerja usai rencana transaksi tuntas dilakukan.

Di samping melunasi sebagian utang lama, kata dia, manajemen juga akan menggunakan dana hasil penerbitan notes untuk pengembangan usaha perseroan. Salah satunya peningkatan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap yang hingga Juni 2024 sudah mencapai 51,9 MW.

Christanto mengakui bahwa penerbitan notes ini akan mengurangi kemampuan perseroan membayar biaya tetap dari 7,8 kali menjadi 5,5 kali dan rasio utang neto terhadap EBITDA dari 0,4 kali menjadi 0,5 kali.

"Perubahan rasio-rasio tersebut tidak berdampak secara material terhadap performa perseroan," ujarnya.

Untuk memuluskan rencana ini, POWR akan menggelar RUPS pada 22 November 2024. POWR juga telah menyiapkan mitigasi jika rencana ini tak disetujui pemegang saham. Perseroan masih memiliki opsi meminta persetujuan ulang setelah jeda minimal 12 bulan.

"Selain itu, perseroan juga memiliki opsi mitigasi lainnya melalui pendanaan alternatif, seperti pinjaman bank, yang akan dilakukan dengan tetap memperhatikan kondisi pasar yang terbaik bagi perseroan termasuk waktu pelaksanaan, total nilai pinjaman, jatuh tempo, dan bunga," tuturnya.

Dia juga berkeyakinan POWR masih memiliki kas yang cukup untuk membayar sisa utang jatuh tempo (bullet payment) jika rencana ini tak disetujui. Hingga 30 September 2024, POWR tercatat memiliki kas dan setara kas USD150 juta dan investasi USD312 juta. Sementara utang pokok plus bunga hingga 2026 sekitar USD568 juta dengan rincian utang pokok USD500 juta dan beban bunga USD68 juta.

(Rahmat Fiansyah)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |