BNPB akan menyiapkan hunian sementara sebanyak 442 unit yang dapat digunakan oleh lebih dari 2.000 kepala keluarga.
Menko PMK Sebut Huntara Pengungsi Erupsi Lewotobi Laki-Laki Rampung dalam Dua Bulan (FOTO:Dok Ist)
IDXChannel - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno mengungkapkan hunian sementara (huntara) untuk para pengungsi erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki ditargetkan selesai dalam dua bulan.
Berdasarkan data sementara, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan menyiapkan hunian sementara sebanyak 442 unit yang dapat digunakan oleh lebih dari 2.000 kepala keluarga. Adapun tipe kopel 5 yaitu satu unit hunian sementara terdiri dari 5 kepala keluarga.
Pratikno mengatakan masyarakat yang dalam radius berbahaya sedang dipersiapkan tempat untuk relokasi dalam rapat koordinasi dengan sejumlah pihak yang terlibat dalam penanganan bencana erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki yang dihelat di Kantor Bupati Flores Timur.
“Di bawah kendali Kepala BNPB, sudah mulai dibangun hunian sementara (huntara). Dalam waktu dua bulan ke depan huntara sudah jadi,” kata Pratikno dalam keterangan resminya, Senin (25/11/2024).
Huntara disiapkan pemerintah bagi masyarakat sambil menunggu rumah hunian tetap di tempat relokasi selesai dibangun. Pembangunan hunian tetap tentu memerlukan proses yang cukup matang, mengingat pemerintah tidak bisa membangun dengan tanpa adanya kajian terkait keamanan dari potensi terdampak erupsi di kemudian hari.
“Meninjau kesiapan lokasi untuk hunian tetap, hunian tetap ini harus dipikirkan secara matang, tidak hanya membangun rumah tapi membangun kehidupan oleh karena itu sisi sosial jadi pertimbangan penting, juga memikirkan sumber ekonomi masyarakat,” ujarnya.
“Kita jangan menjauhkan warga dari kebunnya, kalau bisa kebunnya lebih dekat dijangkau dari hunian tetap. Masih perdalam (dikaji) lagi, kita menjaga betul agar pindah ini justru meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” kata Pratikno.
Pada kesempatan yang sama, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menjelaskan semua lokasi yang akan dijadikan hunian tetap ini masih terus dilakukan perencanaan yang matang. Karena lahan yang akan dijadikan relokasi berasal dari bermacam-macam kepemilikan, ada yang menggunakan Kawasan hutan lindung, hibah dari masyarakat dan adat.
“Lahan yang ada merupakan hutan lindung, tanah adat besok dalam proses mediasi, ada tanah yang sudah diserahkan pemilik. Sehingga harus jelas. Masyarakat mau relokasi terpusat (yang ditetapkan), tidak ada penolakan, sampai saat ini ada juga sebagian yang mau relokasi mandiri," kata Suharyanto.
“Artinya masyarakat menyadari kalau tinggal di tempat yang lama (terdampak erupsi sebelumnya) itu bahaya, mungkin tidak sekarang namun akan berbahaya bagi keturunan anak dan cucu,” tuturnya.
Selagi hunian tetap dibangun oleh pemerintah, juga disiapkan hunian sementara. Bagi warga yang enggan tinggal di hunian sementara, pemerintah menyediakan dana tunggu hunian yang diberikan setiap bulan selama jangka waktu tertentu. Fungsinya untuk membantu masyarakat dalam penghidupan sehari-hari.
“Kalau mau numpang di rumah keluarga lain, selama numpang dapat 500 ribu per bulan selama enam bulan atau bisa ditambah lagi,” tutur Suharyanto.
Kepala BNPB juga memastikan bahwa semua warga baik yang menghuni hunian sementara ataupun menumpang di kerabat, dijamin akan mendapatkan hunian tetap.
“Hunian tetapnya tetap dapat,” kata dia. Tak lupa dirinya mengimbau kepada seluruh warga dan pengunjung agar tidak melakukan aktivitas atau memasuki Kawasan radius bahaya yang telah direkomendasikan oleh PMBG yaitu radius 7 kilometer dari puncak gunung dan sektoral sejauh 8 kilometer Barat Daya – Barat Laut.
“Gunung masih dinamis walaupun letusan tidak besar tapi masih berbahaya, kalau mau melihat kebun atau rumah lamanya jangan dulu sampai dengan ada pemberitahuan resmi dari pemerintah,” ujarnya.
(kunthi fahmar sandy)