Saham emiten data center PT DCI Indonesia Tbk (DCII) mengalami pergerakan liar sepanjang pekan ini, berayun dari batas ARA ke ARB.
Gerak Liar Saham Termahal (DCII) Pekan Ini, dari ARA ke ARB. (Foto: Freepik)
IDXChannel – Saham emiten data center PT DCI Indonesia Tbk (DCII) mengalami pergerakan liar sepanjang pekan ini, berayun dari batas auto rejection atas (ARA) ke auto rejection bawah (ARB).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham DCII anjlok hingga ARB 20 persen pada Jumat (14/3/2025) ke Rp180.925 per unit setelah bursa mengeluarkan perusahaan milik Toto Sugiri dan Anthoni Salim itu dari papan pemantauan khusus. Nilai transaksi tercatat Rp2,15 miliar dengan volume hanya 10 ribu saham.
Dengan penurunan ini, reli kenaikan berhari-hari terhenti. Sebelumnya, saham DCII sempat menyentuh ARA 10 persen sejak 5 Maret 2025 saat masih berada di papan pemantauan khusus.
Dalam sepekan, saham DCII tercatat naik 17,10 persen, sementara dalam sebulan melonjak 284,95 persen.
Dengan harga saat ini, DCII menjadi saham termahal di bursa, melampaui PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) yang diperdagangkan di Rp43.875 per saham, PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) di Rp42.500 per saham, serta PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) di Rp40.175 per saham.
Fluktuasi harga yang tajam membuat BEI sempat menghentikan perdagangan (suspensi) saham ini sebanyak dua kali, yakni pada 25 Februari 2025 serta pada 27 Februari hingga 4 Maret 2025.
Setelah kembali diperdagangkan pada 5 Maret 2025, saham DCII sempat mengalami kenaikan signifikan, meskipun berada di papan full call auction (FCA), yang umumnya membatasi likuiditas dan transaksi perdagangan.
Stock Split dan Potensi MSCI
Lonjakan harga saham DCII terjadi di tengah kabar bahwa perseroan tengah mempertimbangkan aksi pemecahan nilai nominal saham (stock split). Direktur Utama DCII, Toto Sugiri, mengungkapkan rencana tersebut dalam pertemuan dengan sejumlah media di Jakarta, pada 18 Februari 2025.
Saat ini, saham DCII dikenal memiliki likuiditas rendah akibat harga per unit yang tinggi. Ambil contoh, pada Kamis (13/3/2025), nilai transaksi DCII hanya Rp927 juta dengan volume sangat tipis, yakni 4.100 saham.
Stock split umumnya dilakukan untuk meningkatkan likuiditas dengan menurunkan harga saham per unit, sehingga lebih terjangkau bagi investor ritel.
Langkah ini juga berpotensi memperluas basis investor dan meningkatkan partisipasi pasar terhadap saham DCII. Jika terealisasi, saham ini diperkirakan akan lebih aktif diperdagangkan.
Soal kinerja keuangan, DCII mencatat laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp449,49 miliar hingga kuartal III-2024.
Perolehan ini tumbuh 21,34 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp370,43 miliar.
Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai, sentimen positif dari pusat data (data center) memang besar besar seiring pesatnya perkembangan teknologi di Indonesia, mengikuti tren yang terjadi di Amerika Serikat dan China.
Menurutnya, kebutuhan akan layanan pusat data akan semakin meningkat sejalan dengan transformasi digital di berbagai sektor.
Meski likuiditas perdagangan saham DCII tergolong kecil sehingga peluang masuk dalam indeks global MSCI maupun FTSE cukup rendah, Michael menilai langkah perusahaan yang berencana melakukan stock split menarik untuk dicermati.
Stock split akan membuat saham DCII yang saat ini menjadi saham termahal di IHSG lebih terjangkau oleh investor ritel.
“Sehingga bukan tidak mungkin jika transaksi yang semakin ramai memungkinkan algoritma MSCI dan FTSE untuk memasukkan DCII sebagai konstituen,” ujar Michael kepada IDXChannel.com, Jumat (7/3/2025) lalu. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.