Manusia menciptakan dan menggunakan uang untuk mempermudah kegiatan jual-beli, atau kegiatan perdagangan.
Mengapa Manusia Menciptakan Uang? dari Barter ke Mata Uang, Begini Sejarahnya. (Foto: MNC Media)
IDXChannel—Mengapa manusia menciptakan uang? Manusia menciptakan dan menggunakan uang untuk mempermudah kegiatan jual-beli, atau kegiatan perdagangan. Sebelum memakai uang, manusia menggunakan sistem barter atau pertukaran.
Uang adalah alat tukar yang kini diterima secara umum untuk membeli barang dan jasa serta pelunasan utang. Uang bisa berbentuk fisik (kartal) maupun non-fisik. Contoh uang kartal adalah uang koin dan uang kertas yang kita gunakan untuk bertransaksi sehari-hari.
Melansir laman resmi Ditjen Kekayaan Negara (6/12), fungsi utama uang adalah sebagai alat tukar, alat penyimpan nilai, satuan hitung, dan alat pembayaran utang. Ada tiga jenis uang di masa modern, yakni uang kartal, uang giral, dan uang elektronik.
Sebelum akhirnya peradaban manusia mulai menerapkan standarisasi pada uang, mereka bertransaksi dengan cara barter. Sampai hari ini, masih ada beberapa komunitas yang masih menggunakan barter untuk bertransaksi.
Pada zaman dulu, seorang petani bisa menukar hasil panennya dengan sepasang sepatu dari seorang pembuat sepatu. Meskipun demikian, kesepakatan barter tetap memerlukan waktu, karena nilai pertukaran perlu dinegosiasikan.
Tiap barang dan jasa yang ditukar saat itu belum memiliki nilai tetap yang pasti seperti sekarang. Pada zaman modern, kita bisa menilai harga 1 kilogram beras dengan mudah. Pada zaman dulu, nilai tiap barang perlu disepakati terlebih dahulu.
Mengapa Manusia Menciptakan Uang, Sejarah Perjalanan Standarisasi Mata Uang
Saat sistem barter masih berlaku, manusia menggunakan komoditas-komoditas yang bermanfaat untuk ditukarkan. Misalnya hasil panen biji-bijian, hasil peternakan, dan komoditas yang dinilai menarik seperti kerang dan manik-manik cantik.
Menurut catatan Charles F. Horne dalam The Code of Hammurabi, dalam perkembangannya uang berbentuk dua hal, yakni uang sebagai unit akuntansi (perhitungan) dan uang sebagai alat pertukaran.
Bukti sejarah uang sebagai unit akuntansi ditemukan puluhan ribu tahun silam. Sekitar 7.000-9.500 tahun lalu, peradaban Mesopotamia menggunakan keramik tanah liat sebagai token untuk melacak hasil panen dan peternakan.
Misalnya, satu keramik menandakan sekian jumlah biji-bijian, dan satu keramik lainnya menandakan hasil peternakan atau sejumlah minyak zaitun. Menurut Antrolog David Graeber, penggunaan uang unit akuntansi ini diciptakan untuk mempermudah penghitungan kewajiban yang tak terhitung.
Dari ‘Saya berutang sekian’ menjadi ‘Saya berutang satu unit.’ Dari sinilah, uang mulai berkembang ke bentuk keduanya, yakni uang sebagai alat pertukaran. Peradaban China kuno mulai membuat koin sebagai alat pertukaran.
Menyusul setelahnya Kerajaan Lydia di Turki membuat koin dan menerapkan mata uang resmi dengan uang. Koin kerajaan Lydia tidak seutuhnya berbentuk bulat dan tidak memiliki denominasi (nilai tertera).
Namun koin-koin itu dibentuk dengan cap gambar untuk menandai berat dan nilainya. Kemudian peradaban manusia mulai menggunakan metal sebagai bahan baku pembuatan koin, seperti perunggu, perak, dan emas.
Pada saat itu, peradaban manusia juga mulai menggunakan kertas sebagai uang. Dinasti Yuan yang mulanya menggunakan koin, beralih menggunakan kertas. Sampai hari ini, uang koin dan kertas masih digunakan negara-negara dunia sebagai alat pembayaran.
Bentuk uang juga mulai berkembang seiring perkembangan zaman. Dari uang kartal, menjadi uang giral yang bentuknya berupa cek dan giro, uang elektronik, bahkan uang virtual.
Pada intinya, uang diciptakan manusia untuk mempermudah kegiatan jual beli barang dan jasa, sebagai alat penyimpan nilai yang berguna untuk pembelian dan penjualan.
Itulah penjelasan singkat tentang mengapa manusia menciptakan uang.
(Nadya Kurnia)