Desember kerap dianggap bulan positif untuk pasar saham, termasuk di Indonesia, seiring adanya fenomena musiman yang kerap disebut window dressing.
Menanti Tuah Window Dressing, Intip Sektor Potensi Untung dan Buntung. (Foto: Freepik)
IDXChannel – Desember kerap dianggap bulan positif untuk pasar saham, termasuk di Indonesia, seiring adanya fenomena musiman (seasonality) yang kerap disebut window dressing.
Fenomena ini biasanya menjadi harapan pelaku pasar untuk memacu kinerja saham. Namun, bagaimana peluangnya di tahun ini?
Sebagai catatan, window dressing adalah praktik yang dilakukan oleh manajer investasi atau perusahaan untuk mempercantik laporan keuangan atau portofolio investasi menjelang akhir periode pelaporan tertentu, seperti kuartal, semester, atau akhir tahun.
Praktik ini dapat membawa sentimen positif terhadap harga saham.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali Desember dengan koreksi yang cukup tajam, yakni minus 0,95 persen ke level 7.046,99 pada Senin (2/12/2024).
Meski begitu, data historis menunjukkan, Desember umumnya membawa angin segar untuk IHSG.
Selama 10 tahun terakhir, IHSG berhasil menguat 9 kali dan hanya melemah sekali sepanjang Desember.
Artinya, probabilitas IHSG untuk naik selama Desember mencapai 82 persen, salah satu yang tertinggi selama satu dasawarsa.
Secara rata-rata kenaikan IHSG di Desember dalam 10 tahun belakangan mencapai 2,82 persen, menjadikannya bulan dengan performa tertinggi dibandingkan bulan lainnya.
Window Dressing 2024
Founder WH Project William Hartanto memperkirakan, window dressing berpeluang terjadi di pekan kedua Desember, kendati efeknya terhadap pasar saham kemungkinan tidak begitu terasa.
“Kemungkinan terjadi di pekan kedua. Namun, tidak signifikan,” ujar William saat diwawancarai IDXChannel.com, Senin (2/12/2024).
Secara teknikal, William melihat, IHSG memiliki celah (gap) di level 6.962, yang diperkirakan menjadi target pelemahan dalam jangka pendek. “Jadi, diestimasikan IHSG melemah sampai level ini dulu,” katanya.
Sementara, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia M. Nafan Aji berpendapat, IHSG saat ini berada dalam tren bearish karena pasar mengantisipasi potensi "perang dagang jilid dua."
Hal ini terjadi setelah presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengumumkan tarif sebesar 25 persen untuk barang impor dari Kanada dan Meksiko, serta kenaikan tarif untuk barang dari China dari 10 persen menjadi 35 persen.
“Pasar kini menantikan rilis data pasar tenaga kerja AS untuk menentukan kemungkinan pemangkasan suku bunga [Bank Sentral AS] The Fed sebesar 25 basis poin, terutama pada akhir tahun ini,” ujar Nafan.
Menyoal efek window dressing, Nafan menjelaskan, kinerja IHSG dari Desember hingga Februari cenderung positif berdasarkan rata-rata 8 tahun terakhir.
“Hal ini memberikan peluang yang baik untuk berinvestasi,” katanya.
Berdasarkan tilikan teknikal Nafan, IHSG saat ini masih berada dalam fase korektif.
Dia memperkirakan, indeks akan mengalami retracement kembali ke area up channel domain sekitar 7.140 atau lebih tinggi.
Jika skenario bullish terjadi, masih mengikuti Nafan, level resistance potensial berada di 7.343, 7.629, dan 7.805 secara berturut-turut.
Pandangan lainnya datang dari Founder Master Mind Trader Hendri Setiadi, yang optimistis akan ada window dressing, dan Santa Rally di tahun ini.
“Ya, optimistis akan ada Santa Rally kembali rebound menguji level resistance 7.350-7.450,” kata Hendri kepada IDXChannel.com.
Hendri memproyeksikan potensi rebound IHSG dengan pola head and shoulder dalam analisis teknikal di level support 6.998.
Santa Rally adalah fenomena pasar saham yang biasanya terjadi pada pekan terakhir Desember, menjelang Tahun Baru. Pada periode ini, harga saham cenderung naik, dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk sentimen optimistis investor.
Sektor Untung-Buntung
William menyebut, sektor yang diproyeksikan memiliki potensi keuntungan selama Desember mencakup sektor ritel, perkebunan, dan industri dasar.
Di sisi lain, kata William, sektor perbankan dan properti diperkirakan menjadi sektor yang akan buntung di bulan ini.
Sementara, Nafan mengatakan, berdasarkan rotasi sektor, para investor kini fokus pada sektor kesehatan, energi, dasar, industri, infrastruktur, dan non-siklikal.
Hendri menambahkan, sektor energi, properti, industri, serta layanan kesehatan memiliki peluang untung pada bulan ini. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.