Mau Industri E-Commerce Lebih Maju? Simak Strategi Ini

6 hours ago 3

Masih ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi mulai dari minimnya pemahaman pelaku UMKM, belum meratanya infrastruktur logistik dan pembayaran digital.

 MNC Media)

Di tengah era disrupsi yang masih terus terjadi, e-commerce dinilai menjadi tulang punggung ekonomi digital Indonesia. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Di tengah era disrupsi yang masih terus terjadi, e-commerce dinilai menjadi tulang punggung ekonomi digital Indonesia. Kendati demikian, masih ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi mulai dari minimnya pemahaman pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menangah (UMKM), belum meratanya infrastruktur logistik dan pembayaran digital terutama di luar Pulau Jawa. 

Direktur Perdagangan Melalui Sistem Elektronik dan Perdagangan Jasa Kementerian Perdagangan (Kemendag), Rifan Ardianto mengungkapkan,  nilai transaksi e-commerce sepanjang 2024 mencapai Rp512 triliun, meningkat 12,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Adapun jumlah pengguna e-commerce juga terus meningkat dan diperkirakan mencapai 65,65 juta orang pada tahun yang sama, tumbuh 12 persen dari tahun sebelumnya.

"Tantangan ini perlu diselesaikan secara kolaboratif. Industri dan regulator harus bergerak bersama untuk menciptakan ekosistem yang sehat dan berkelanjutan," kata Rifan dalam forum group discussion yang digelar Asosiasi E-Commerce Indonesia (IDEA) di Jakarta, Kamis, (13/3/2025).

Di era persaingan digital yang semakin ketat, efisiensi dan inovasi memang mutlak diperlukan bagi pelaku industri e-commerce untuk bertahan dan berkembang. 

Selain itu, inovasi dan efisiensi saja pun tidak cukup karena perlu didukung oleh regulasi yang adaptif guna menyokong pertumbuhan industri e-commerce. Hal ini penting untuk, menciptakan ekosistem yang berkelanjutan bagi seluruh pemangku kepentingan, termasuk UMKM dan konsumen.

Di samping itu, efisiensi logistik juga menjadi faktor kunci dalam memastikan e-commerce mampu bersaing secara harga dan layanan. Namun faktanya, bagi banyak pelaku usaha di luar Pulau Jawa, logistik masih menjadi hambatan terbesar.

Merespons isu tersebut, Direktur Pos dan Penyiaran, Kementerian Komunikasi dan Digital, Gunawan Hutagalung mengungkapkan, diperlukan sinergi antara industri Courier, Express, and Parcel (CEP) dan e-commerce sangat diperlukan untuk mendukung pertumbuhan sektor ini.

"Pangsa pasar industri CEP diproyeksikan terus tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 7,24 persen. Namun, kita masih tertinggal dari negara lain yang sudah mengadopsi sistem logistik 4PL dan 5PL. Indonesia harus segera berbenah agar tidak tertinggal," katanya.

Dia juga mengungkapkan bahwa Komdigi saat ini sedang menyiapkan kebijakan tentang Layanan Pos Komersial, yang akan mengatur kolaborasi antara perusahaan logistik dan e-commerce untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi.

Sementara itu, Ketua Umum IDEA Hilmi Adrianto menjelaskan, dalam lanskap digital yang sangat dinamis dan terus berkembang, industri e-commerce tidak hanya menghadapi peluang besar tetapi juga tantangan yang semakin kompleks. 

Dia menambahkan, adaptasi, efisiensi, dan inovasi adalah kunci bagi industri e-commerce untuk bertahan dan meningkatkan daya saing secara berkelanjutan, serta memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional.
Untuk memastikan industri e-commerce tetap menjadi pilar pertumbuhan ekonomi digital, regulator harus mengedepankan kebijakan yang tidak hanya memberikan kepastian hukum tetapi juga mendukung inovasi, investasi, dan efisiensi operasional. 

Menurutnya, regulasi yang terlalu kaku dan mengatur operasi secara mikro berpotensi membatasi fleksibilitas industri dalam merespons perkembangan pasar yang dinamis. Sebaliknya, kebijakan berbasis prinsip adaptabilitas dan efisiensi akan menciptakan ekosistem bisnis yang sehat dan kompetitif, sangat diperlukan agar industri dapat terus berkembang secara berkelanjutan.

Ekonom Senior Universitas Indonesia Fithra Faisal Hastiadi berpendapat, e-commerce bukan hanya sebuah pasar digital, tetapi juga ekosistem yang melibatkan berbagai sektor seperti logistik, sistem pembayaran, pemasaran digital, dan pelaku usaha dalam berbagai skala.

"Kita tidak bisa berbicara tentang e-commerce tanpa membahas bagaimana sistem pembayaran dan logistik berperan di dalamnya. Ketiga aspek ini saling terhubung, dan kemajuan industri ini bergantung pada bagaimana ekosistem ini berkembang secara bersama-sama," ujar Fithra.

Menurutnya, sejak 2015, industri ini telah mengalami transformasi besar. Model bisnis yang dulunya didominasi oleh marketplace kini bergeser ke social commerce, live shopping, hingga penggunaan AI dalam personalisasi pengalaman pelanggan. Inovasi terjadi begitu cepat, dan hanya mereka yang mampu beradaptasi yang bisa bertahan.

berita 12 - yanto

Mau Industri E-Commerce Lebih Maju? Simak Strategi Ini

IDXChannel - Di tengah era disrupsi yang masih terus terjadi, e-commerce dinilai menjadi tulang punggung ekonomi digital Indonesia. Kendati demikian, masih ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi mulai dari minimnya pemahaman pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menangah (UMKM), belum meratanya infrastruktur logistik dan pembayaran digital terutama di luar Pulau Jawa. 

Direktur Perdagangan Melalui Sistem Elektronik dan Perdagangan Jasa Kementerian Perdagangan (Kemendag), Rifan Ardianto mengungkapkan,  nilai transaksi e-commerce sepanjang 2024 mencapai Rp512 triliun, meningkat 12,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Adapun jumlah pengguna e-commerce juga terus meningkat dan diperkirakan mencapai 65,65 juta orang pada tahun yang sama, tumbuh 12 persen dari tahun sebelumnya.

"Tantangan ini perlu diselesaikan secara kolaboratif. Industri dan regulator harus bergerak bersama untuk menciptakan ekosistem yang sehat dan berkelanjutan," kata Rifan dalam forum group discussion yang digelar Asosiasi E-Commerce Indonesia (IDEA) di Jakarta, Kamis, (13/3/2025).

Di era persaingan digital yang semakin ketat, efisiensi dan inovasi memang mutlak diperlukan bagi pelaku industri e-commerce untuk bertahan dan berkembang. 

Selain itu, inovasi dan efisiensi saja pun tidak cukup karena perlu didukung oleh regulasi yang adaptif guna menyokong pertumbuhan industri e-commerce. Hal ini penting untuk, menciptakan ekosistem yang berkelanjutan bagi seluruh pemangku kepentingan, termasuk UMKM dan konsumen.

Di samping itu, efisiensi logistik juga menjadi faktor kunci dalam memastikan e-commerce mampu bersaing secara harga dan layanan. Namun faktanya, bagi banyak pelaku usaha di luar Pulau Jawa, logistik masih menjadi hambatan terbesar.

Merespons isu tersebut, Direktur Pos dan Penyiaran, Kementerian Komunikasi dan Digital, Gunawan Hutagalung mengungkapkan, diperlukan sinergi antara industri Courier, Express, and Parcel (CEP) dan e-commerce sangat diperlukan untuk mendukung pertumbuhan sektor ini.

"Pangsa pasar industri CEP diproyeksikan terus tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 7,24 persen. Namun, kita masih tertinggal dari negara lain yang sudah mengadopsi sistem logistik 4PL dan 5PL. Indonesia harus segera berbenah agar tidak tertinggal," katanya.

Dia juga mengungkapkan bahwa Komdigi saat ini sedang menyiapkan kebijakan tentang Layanan Pos Komersial, yang akan mengatur kolaborasi antara perusahaan logistik dan e-commerce untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi.

Sementara itu, Ketua Umum IDEA Hilmi Adrianto menjelaskan, dalam lanskap digital yang sangat dinamis dan terus berkembang, industri e-commerce tidak hanya menghadapi peluang besar tetapi juga tantangan yang semakin kompleks. 

Dia menambahkan, adaptasi, efisiensi, dan inovasi adalah kunci bagi industri e-commerce untuk bertahan dan meningkatkan daya saing secara berkelanjutan, serta memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional.
Untuk memastikan industri e-commerce tetap menjadi pilar pertumbuhan ekonomi digital, regulator harus mengedepankan kebijakan yang tidak hanya memberikan kepastian hukum tetapi juga mendukung inovasi, investasi, dan efisiensi operasional. 

Menurutnya, regulasi yang terlalu kaku dan mengatur operasi secara mikro berpotensi membatasi fleksibilitas industri dalam merespons perkembangan pasar yang dinamis. Sebaliknya, kebijakan berbasis prinsip adaptabilitas dan efisiensi akan menciptakan ekosistem bisnis yang sehat dan kompetitif, sangat diperlukan agar industri dapat terus berkembang secara berkelanjutan.

Ekonom Senior Universitas Indonesia, Fithra Faisal Hastiadi berpendapat, e-commerce bukan hanya sebuah pasar digital, tetapi juga ekosistem yang melibatkan berbagai sektor seperti logistik, sistem pembayaran, pemasaran digital, dan pelaku usaha dalam berbagai skala.

"Kita tidak bisa berbicara tentang e-commerce tanpa membahas bagaimana sistem pembayaran dan logistik berperan di dalamnya. Ketiga aspek ini saling terhubung, dan kemajuan industri ini bergantung pada bagaimana ekosistem ini berkembang secara bersama-sama," ujar Fithra.

Menurutnya, sejak 2015, industri ini telah mengalami transformasi besar. Model bisnis yang dulunya didominasi oleh marketplace kini bergeser ke social commerce, live shopping, hingga penggunaan AI dalam personalisasi pengalaman pelanggan. Inovasi terjadi begitu cepat, dan hanya mereka yang mampu beradaptasi yang bisa bertahan.

(Rahmat Fiansyah)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |