Awal mula tradisi memberi uang baru saat Lebaran rupanya sudah dimulai sejak lama.
Inilah Awal Mula Tradisi Memberi Uang Baru saat Lebaran. (Foto: MNC Media)
IDXChannel – Awal mula tradisi memberi uang baru saat Lebaran rupanya sudah dimulai sejak lama.
Memberikan uang baru sebagai Tunjangan Hari Raya (THR) Lebaran memang telah menjadi tradisi yang melekat dalam perayaan Idul Fitri di Indonesia. Biasanya, THR ini dibagikan dalam bentuk uang tunai lembaran baru, sehingga banyak orang menukarkan uang di bank menjelang Lebaran. Namun, dari mana asal-usul tradisi ini? Berikut IDXChannel menyajikan sejarah awal mula tradisi memberi uang baru saat Lebaran.
Awal Mula Tradisi Memberi Uang saat Lebaran
Pada mulanya, pemberian THR saat Lebaran berawal dari 1951. Ketika itu, Perdana Menteri Soekiman memberikan tunjangan kepada Pamong Pradja (saat ini disebut PNS). Pemberian tunjangan tersebut dalam bentuk uang persekot (pinjaman awal) dengan tujuan agar dapat mendorong kesejahteraan lebih cepat. Namun, uang persekot itu nantinya harus dikembalikan ke negara dalam bentuk pemotongan gaji pada bulan berikutnya.
Selanjutnya, pada 13 Februari 1952, kaum pekerja dan/atau buruh pun mengajukan protes terhadap kebijakan tersebut. Hingga akhirnya, Pemerintah mengeluarkan kebijakan pemberian tunjangan pada 1954. Menteri Perburuhan Indonesia kala itu mengeluarkan surat edaran tentang Hadiah Lebaran sebagai awal mula terbentuknya THR.
Kemudian pada 1961, surat edaran yang awalnya bersifat himbauan berubah menjadi peraturan menteri yang mewajibkan perusahaan untuk memberikan "Hadiah Lebaran" kepada pekerja yang telah bekerja selama minimal 3 bulan bekerja. Setelah itu, pada 2016 peraturan pemberian THR ini kembali direvisi. Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 6 Tahun 2016, pemberian THR dapat diberikan kepada pekerja dengan minimal 1 bulan kerja yang dihitung secara proporsional.
Setelah adanya peraturan pemberian THR tersebut, muncullah tradisi di kalangan masyarakat untuk berbagi THR kepada sanak saudara saat Lebaran. Hal ini tidak terlepas dari beberapa faktor yang memengaruhi. Berikut penjelasannya.
1. Pengaruh Budaya Islam dan Kedermawanan
Dalam ajaran Islam, sedekah dan berbagi rezeki menjadi salah satu nilai utama, terutama saat momen Idul Fitri. Sejak zaman Rasulullah SAW, umat Muslim dianjurkan untuk membantu sesama, terutama fakir miskin, agar semua orang bisa merayakan Idul Fitri dengan bahagia. Bentuk bantuan ini bisa berupa zakat fitrah, hadiah, atau pemberian uang kepada sanak saudara yang kurang mampu.
2. Tradisi "Eidiyah" di Timur Tengah
Konsep memberi uang saat Lebaran memiliki kesamaan dengan tradisi di negara-negara Arab, yang dikenal dengan "Eidiyah". Sejak era Kekhalifahan, para pemimpin Muslim memberikan hadiah berupa uang atau barang kepada rakyatnya saat Idul Fitri. Tradisi ini kemudian menyebar ke berbagai negara Muslim, termasuk Indonesia.
3. Pengaruh Budaya Tionghoa
Di Indonesia, tradisi memberi uang baru saat Lebaran juga mirip dengan kebiasaan masyarakat Tionghoa yang memberikan angpao (amplop merah) berisi uang saat perayaan Imlek. Orang-orang meyakini bahwa memberi uang dalam bentuk yang baru melambangkan keberuntungan dan harapan baik bagi penerimanya.
4. Perkembangan di Indonesia
Di Indonesia, tradisi ini semakin populer pada era Orde Baru, ketika pemerintah mulai mewajibkan perusahaan untuk memberikan THR kepada karyawan. Seiring waktu, tradisi ini juga berkembang dalam lingkup keluarga. Orang tua atau kerabat yang lebih tua mulai memberikan uang baru kepada anak-anak atau keponakan mereka saat Lebaran sebagai simbol kebahagiaan dan berbagi rezeki.
5. Peran Bank dalam Penyediaan Uang Baru
Karena permintaan uang baru meningkat menjelang Lebaran, Bank Indonesia (BI) bekerja sama dengan bank-bank lainnya untuk menyediakan layanan penukaran uang baru setiap tahun. Masyarakat percaya bahwa uang baru lebih layak diberikan karena lebih bersih dan terlihat lebih berharga bagi penerima.
Itulah awal mula tradisi memberi uang baru saat Lebaran yang banyak dilakukan oleh masyarakat di Indonesia.