Jakarta -
Harga emas Antam hari ini mengalami penurunan ke level Rp 1.905.000 per gram atau melemah Rp 23.000. Meski begitu, Analis komoditas keuangan Ibrahim Assuaibi memprediksi harga emas akan tetap menguat ke depannya.
Menurutnya banyak sentimen yang mendukung harga emas kembali naik ke puncak tertingginya di harga Rp 2 juta per gram. Ia menilai harga emas sulit turun di bawah Rp 1,9 juta per gram, dan kalaupun ada penurunan harian maka angkanya tak lebih dari Rp 25 ribu per gram.
Ia menjelaskan, saat ini terjadi gejolak geopolitik dari berbagai konflik yang terjadi di dunia. Hal ini mendorong penguatan dolar AS dan pelemahan rupiah, yang kemudian berdampak pada penguatan harga emas di dalam negeri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada saat dolar AS menguat harga emas dunia sebenarnya cenderung melemah. Namun karena emas atau logam mulia di dalam negeri dihitung menggunakan kurs rupiah maka harganya cenderung akan stagnan.
"Nah, karena logam mulia dihitung dengan menggunakan mata uang rupiah, pada saat rupiah mengalami pelemahan, walaupun emas dunia turun, tetap akan stagnan. Akan di level Rp 1.900.000-2.000.000. Artinya untuk jatuh di bawah Rp 1.900.000, sangat sulit sekali," ujarnya saat dihubungi detikcom, Senin (12/5/2025).
"Kalau logam mulia, emas perhiasan itu selalu berhubungan dengan mata uang rupiah. Kalau emas dunia turun, rupiahnya melemah, ya pasti akan stabil," tambah dia.
Belum lagi rupiah kemungkinan besar akan kembali ke level Rp 16.800. Faktor lain yang membuat harga emas sulit turun adalah tingkat permintaan dan suplai yang tak seimbang. Peminat emas saat ini cenderung banyak namun ketersediaannya tidak mencukupi.
Sementara itu secara global, harga emas dunia saat ini memang mengalami penurunan. Ibrahim menyebut kondisi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama perkembangan perang dagang antara AS dan China.
AS diketahui mulai melunak dan berniat menurunkan tarif impor kepada China dari sebelumnya 145% menjadi 80%. Selain itu, negosiasi dagang antara Negeri Paman Sam dan sejumlah negara seperti Inggris, Kanada dan Meksiko juga menunjukkan hal positif.
Meski begitu, Ibrahim menyebut negosiasi antara AS dan China bakal berlangsung alot. Pasalnya pemerintahan Presiden Xi Jinping ingin agar Presiden AS Donald Trump tak sekadar menurunkan tarif resiprokal namun menghapus semuanya.
"Kalau seandainya China melawan, ya harga emas akan kembali melambung," tutur Ibrahim.
Dengan demikian, perang dagang yang saat ini terjadi diprediksi masih akan memanas serta berpotensi mengerek lagi harga emas dunia. Faktor lain yang mempengaruhi penurunan harga emas adalah meredanya konflik antara India dan Pakistan.
Sentimen positif dari meredanya gejolak geopolitik memang memicu turunnya harga emas. Namun ia mengingatkan masih banyak konflik yang sedang berlangsung, seperti invasi Israel di Jalur Gaza, perang Rusia-Ukraina yang belum usai, serta kesepakatan nuklir AS-Iran yang kemungkinan gagal.
Dengan berbagai perkembangan yang ada Ibrahim menilai komoditas emas masih prospektif untuk dipilih untuk investasi. Terlebih harga emas hari ini sedang mengalami penurunan.
"Saat ini sebenarnya kesempatan bagi masyarakat untuk melakukan pembelian pada saat harga emas dunia turun, itu kesempatan terbaik untuk pembeli. Entah itu di harga berapa, itu kesempatan untuk pembeli. Karena tidak mungkin harga emas dunia ini akan turun terus, pasti akan naik," tutupnya.
(kil/kil)