Jakarta -
Fenomena sell in May and go away menguar di kancah pasar saham. Momen ini juga dinilai mempengaruhi pasar modal Indonesia, yang konon bakal mengalami masa lesu. Namun, menurut analis pasar modal, bakal rontoknya pasar modal Indonesia justru dinilai sebagai mitos dengan munculnya adagium sell in May.
Menyoal ini, Senior Technical Analyst Sucor Sekuritas Reyhan Pratama menjelaskan bahwa menurut data 10 tahun terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya naik di bulan Mei sebanyak tiga kali.
"Namun, dalam jangka waktu yang lebih panjang, seperti 20 tahun terakhir, IHSG justru tercatat naik sebanyak 10 kali. Artinya, peluang IHSG naik atau turun di bulan Mei sebenarnya seimbang dan tidak bisa disimpulkan bahwa sell in May selalu berlaku di pasar Indonesia," kata Reyhan kepada detikcom, Senin (12/5/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengelaborasi lebih lanjut, secara historis fenomena ini kurang konsisten dan cenderung kurang relevan jika diterapkan secara mentah-mentah untuk pasar Indonesia. Hal ini lantaran fenomena sell in May and go away awalnya berasal dari pasar saham di Inggris dan Amerika Serikat (AS).
"(Sell in May and go away) Berkaitan dengan liburan musim panas, dimana aktivitas pasar menurun sehingga harga saham cenderung turun," katanya menambahkan.
Ia juga bilang, kondisi pasar modal Tanah Air justru mengalami kenaikan dan penurunan yang seimbang tiap bulan Mei. Maka ia mengategorikan sell in May di Indonesia hanyalah mitos belaka.
"IHSG selama 20 tahun terakhir kenaikan dan penurunannya seimbang di bulan Mei. Jadi untuk pasar kita, ini lebih tepat disebut mitos atau kurang relevan," katanya.
Ia menyarankan agar para investor tetap fokus pada analisis fundamental kala isu ini mengemuka. Hal ini supaya investor dapat terus menilai kinerja dan prospek jangka panjang emiten masih solid atau justru sebaliknya.
"Di sisi lain, analisis teknikal bisa membantu membaca momentum dan mengidentifikasi peluang entry ketika harga saham terkoreksi. Jadi, jangan panik. Lakukan analisis terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan investasi apapun, baik dalam keadaan harga saham naik maupun turun," ia menutup.
(kil/kil)