Harga emas melonjak pada Jumat (24/1/2025), mendekati rekor tertinggi yang dicapai Oktober 2024, didorong pelemahan dolar AS.
Harga Emas Dekati Rekor, Naik Lebih dari Dua Persen Sepekan. (Foto: Freepik)
IDXChannel – Harga emas melonjak pada Jumat (24/1/2025), mendekati rekor tertinggi yang dicapai Oktober 2024, didorong pelemahan dolar AS dan meningkatnya minat investasi safe-haven setelah Donald Trump mengancam mengguncang perdagangan global.
Kontrak berjangka (futures) emas untuk pengiriman Februari terakhir tercatat naik USD15,20 menjadi USD2.780,20 per troy ons, tertinggi sejak 30 Oktober 2024 saat logam mulia ini ditutup pada rekor USD2.800,80 per troy ons.
Dalam sepekan, harga emas meningkat 2,51 persen. Emas sudah 4 pekan berturut-turut ditutup positif.
Mengutip MT Newswires, kenaikan ini terjadi di tengah melemahnya dolar dan meningkatnya permintaan safe-haven setelah Trump, pada pekan pertama masa kepresidenannya, mengancam akan meluncurkan perang dagang global melalui penerapan tarif tinggi terhadap China dan sejumlah sekutu AS.
"Emas menuju pekan terbaik sejak November, diperdagangkan mendekati rekor tertinggi Oktober, didukung oleh permintaan safe-haven di tengah ketidakpastian Trump di Gedung Putih, pelemahan dolar akibat ancaman tarif yang berfluktuasi, serta seruan agar The Fed memangkas suku bunga," kata Saxo Bank dalam laporannya.
Indeks dolar ICE terakhir turun 0,64 poin ke level 107,41. Hasil obligasi AS juga melemah, menurunkan biaya kepemilikan emas.
Imbal hasil obligasi AS tenor dua tahun terakhir tercatat turun 2,0 basis poin ke 4,28 persen, sementara obligasi tenor 10 tahun melemah 1,3 poin menjadi 4,633 persen.
Berdasarkan analisis BMI, sejak awal 2025, harga emas sudah naik 5,4 persen, diperkirakan berkat ketidakpastian terkait kebijakan perdagangan Presiden Trump yang meningkatkan daya tarik emas sebagai aset safe-haven.
Trump telah mengancam mengenakan tarif 25 persen terhadap impor dari Meksiko dan Kanada mulai 1 Februari, diikuti ancaman tarif 10 persen untuk China.
Namun, BMI memperingatkan risiko penurunan harga emas yang cukup besar pada 2025, dengan volatilitas tinggi diperkirakan terjadi akibat pendekatan Federal Reserve (The Fed) AS yang lebih hati-hati dalam memangkas suku bunga. Hal ini dapat merugikan emas yang tidak menghasilkan bunga.
"Salah satu faktor yang mendorong adalah pelemahan dolar AS. Faktor utama lainnya terkait dengan ancaman tarif dari Presiden Trump," ujar Kepala Strategi Komoditas di TD Securities, Bart Melek.
Menurutnya, kebijakan tarif Trump berisiko meningkatkan inflasi, yang pada akhirnya dapat mendorong kebijakan bank sentral menjadi lebih akomodatif.
Di Forum Ekonomi Dunia pada Kamis, Trump menyerukan penurunan suku bunga segera. Indeks dolar (DXY) mencapai level terendah dalam lebih dari sebulan, membuat emas lebih murah bagi pembeli luar negeri.
"Fokus kini beralih ke 1 Februari terkait pengumuman tarif atau kebijakan perdagangan, dengan perhatian lebih sedikit pada pertemuan The Fed tanggal 29 Januari," ujar Standard Chartered dalam catatannya.
Trump telah menyatakan tarif untuk Meksiko, Kanada, China, dan Uni Eropa dapat diumumkan pada 1 Februari.
Kenaikan harga emas sebagian dipicu oleh aksi beli untuk menutup posisi short, meskipun aliran dana ETF masih bergejolak menjelang pertemuan The Fed, menurut bank tersebut.
Para trader memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan pekan depan. (Aldo Fernando)