Jakarta -
Peringatan Hari kartini akan menjadi pengingat bagi seluruh perempuan di Indonesia bagaimana perjuangan pahlawan dalam meraih kesetaraan dan kesempatan yang sama di berbagai bidang kehidupan, baik itu pekerjaan maupun lingkungan masyarakat.
Selain itu, momen ini bukan sekadar perayaan semata yang diperingati rutin setiap tahun. melainkan refleksi bagi seluruh perempuan di Indonesia untuk terus berjuang dan berkembang di tengah tantangan zaman yang dinamis.
Dalam beberapa dekade terakhir, perempuan Indonesia menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam berbagai sektor, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga peran kepemimpinan di dunia kerja dan pemerintahan. Namun, tantangan masih banyak dijumpai, salah satunya yaitu terbatasnya kesempatan karier bagi perempuan di beberapa sektor industri atau diskriminasi gender.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penelitian Rijal Pahlevi dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dan Rahimin Affandi Abdul Rahim dari University of Malaya, Kuala Lumpur berjudul 'Faktor Pendukung dan Tantangan Menuju Kesetaraan Gender' mengungkapkan diskriminasi berbasis gender diindikasikan oleh stereotipe gender yang berlaku dalam masyarakat, perbedaan perlakuan terhadap individu berdasarkan jenis kelamin, dan ketidakadilan dalam akses terhadap sumber daya dan kesempatan.
Oleh karena itu setiap elemen dalam masyarakat memiliki peran penting dalam mendukung perempuan untuk mendapat hak dan kesempatan yang sama. Begitu pun sektor swasta yang memiliki pengaruh besar dalam membentuk ekosistem yang mendukung pemberdayaan perempuan, baik melalui kebijakan internal perusahaan, program keberlanjutan, maupun kerja sama lintas sektor.
Dengan sumber daya, jaringan, dan pengaruh yang dimiliki, perusahaan dapat menjadi pembawa perubahan dalam menciptakan ruang aman, inklusif, dan memberdayakan bagi perempuan.
Salah satu sektor swasta yang kerap mendorong agenda keadilan gender adalah Unilever Indonesia. Secara internal, salah satu kebijakan Perusahaan adalah penerapan pemberian upah kerja yang adil tidak berbasis pada steriotip, bias, dan latar belakang gender.
Selain itu, sejak tahun 2017, Unilever Indonesia menyelenggarakan Program Women in Engineering Leadership Fellowship (WULF) untuk mendukung para perempuan bisa berkarier di bidang teknik dengan memberikan pemahaman luas tentang rantai pasokan manufaktur di industri FMCG kepada mahasiswi teknik terpilih. Hingga tahun 2024, terhitung ada 300 perempuan yang telah bergabung dalam program WULF.
Tak hanya Unilever Indonesia, salah satu brand asal Indonesia yang memiliki program serupa untuk memberdayakan perempuan, yaitu Sido Muncul. Sido Muncul menginisiasi program bernama Mbok Jajan.
Program Mbok Jajan berupaya memberdayakan perempuan, terutama ibu rumah tangga. Program ini berfokus pada pengembangan keterampilan dan peningkatan pendapatan melalui pembuatan dan penjualan makanan/snack.
Program ini memberikan pembinaan dan pendampingan kepada kelompok ibu-ibu tersebut, membantu mereka memanfaatkan potensi yang ada dan meningkatkan produktivitas.
Terakhir, ada perusahaan financial technology PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) yang terus mendorong pada pemberdayaan perempuan, terutama pada sektor akar rumput. Salah satunya melalui program Beasiswa Cendekia Amartha untuk menekan kesenjangan pendidikan bagi anak perempuan.
Ada pula program Amartha STEAM Fellowship yang memberikan kesempatan beasiswa dan pengembangan diri untuk mahasiswa perempuan di bidang Science, Technology, Engineering, Liberal Arts, and Mathematics (STEAM).
Tak sampai di situ, pada tahun 2016, Amartha memperkenalkan konsep pasar keuangan mikro melalui model pinjaman peer-to-peer (P2P) untuk membantu perempuan pengusaha mikro di pedesaan mengakses pinjaman modal kerja. Hingga tahun 2024, Amartha telah menyalurkan lebih dari Rp6 triliun kepada satu juta perempuan pengusaha mikro di lebih dari 35.000 desa di Jawa, Sulawesi, dan Sumatera.
(anl/ega)