Sri Mulyani Blak-blakan soal Tarif Trump Bikin Gonjang-ganjing

1 week ago 5

Jakarta -

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut tarif resiprokal atau tarif timbal balik yang diterapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tak berdasarkan ilmu ekonomi. Menurutnya kebijakan Trump telah menimbulkan kondisi negatif di pasar keuangan.

Menurut Bendahara Negara, China yang sebelumnya dianggap akan menahan diri justru melawan keras kebijakan AS. Menurutnya hal itu semakin memperburuk pasar keuangan.

"Dan ini menimbulkan suatu eskalasi, makanya pemburukan di pasar uang dalam dua hari terakhir ini karena respon kedua sesudah China menyampaikan retaliasi," ujarnya dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia, disiarkan YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (8/4/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah China mengeluarkan sikap, Trump balik mengancam akan menaikkan tarif menjadi 50%. Sri Mulyani berpendapat kondisi ini harus dihadapi dengan sikap terbuka dan pragmatik, serta harus agile di saat yang bersamaan.

"Sesudah China menyampaikan retaliasi, Presiden Trump dengan Twitter mengatakan saya akan menaikkan lagi tarifnya menjadi 50%. Ini adalah eskalasi yang belum berakhir. Dan karena ini sudah menyangkut Presiden dengan Presiden, biasanya akan sangat sulit untuk face saving-nya," tutupnya.

Sri Mulyani juga membahas anjloknya bursa saham imbas kebijakan tarif impor Trump. Investor merespons negatif kondisi perang dagang yang sedang terjadi. Keputusan Trump yang menetapkan tarif resiprokal terhadap sejumlah negara menimbulkan sentimen negatif di kalangan investor.

"Investor portfolio merespons negatif kebijakan China. Kita semuanya hari ini adalah hari pertama pembukaan bursa, dan kita sudah melihat Indonesia tadi sesi yang kedua di bawah, 8%, 7,7%," kata Sri Mulyani.

"Kalau kita lihat banyak negara yang indeks harga sahamnya pada tanggal 8 April dibanding 2 April, banyak yang koreksinya sangat dalam, hingga 14%, bahkan tadi yang Pak Menko (Menko Perekonomian Airlangga Hartarto) menyampaikan beberapa bisa mencapai di atas 25%." sambung Sri Mulyani.

Untuk pasar keuangan, menurut Sri Mulyani, Bank Indonesia telah menyiapkan sejumlah langkah untuk menghadapi guncangan yang mungkin terjadi. Sri Mulyani menyebut tekanan terhadap pasar keuangan akan terbiasa terjadi namun tetap perlu diantisipasi.

"Tekanan di pasar keuangan yang tinggi terakhir ini sebetulnya bukan hal yang baru. US Treasury, baik yang 2 tahun maupun 10 tahun, agak melemah karena dia dianggap safe haven, tapi dolar indeksnya juga melemah," terang Sri Mulyani.

Meski begitu, Sri Mulyani menambahkan, gejolak yang saat ini terjadi masih bisa dikelola dibandingkan saat masa Pandemi COVID-19.

"Tapi kalau kita bandingkan pada saat COVID, kenaikannya sebetulnya masih relatively manageable. Tapi ini menggambarkan suasananya, alarmnya mulai berbunyi. Jadi kita harus juga tetap hati-hati, tanpa panik," tutupnya.

(kil/kil)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |