Aksi Shell yang dikabarkan menutup seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU)-nya di Indonesia tidak akan berdampak buruk bagi industri migas Tanah Air.
Shell Bakal Tutup Seluruh SPBU, Industri Migas RI Terguncang? (Foto: MNC Media)
IDXChannel - Aksi Shell yang dikabarkan menutup seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU)-nya di Indonesia tidak akan berdampak buruk bagi industri migas Tanah Air.
Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal menjelaskan, kegiatan migas terbagi dalam dua sektor, yakni hulu migas (upstream) dan hilir migas (downstream). Sedangkan, SPBU masuk dalam tahap penyaluran bahan bakar minyak (BBM) setelah melewati fase diproduksi.
Artinya, jika terjadi sesuatu keadaan di bagian distribusi, tidak serta merta mengganggu kinerja hulu. Karena itu, kabar penutupan seluruh operasional pom bensin milik Shell tidak berdampak buruk bagi kinerja sektor migas di dalam negeri.
Bahkan, pasokan BBM nasional pun dipastikan aman lantaran dipasok oleh PT Pertamina (Persero), selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN) migas.
Dari sisi market share atau pangsa pasar Shell di Indonesia pun terbilang kecil dibandingkan dengan Pertamina. Tercatat, market share Pertamina lebih dari 90 persen. Sehingga, distribusi BBM tetap terjaga, sekalipun produsen minyak asal Inggris itu minggat dari Indonesia.
“Jadi dari sisi distribusi BBM-nya akan tetap terjaga, enggak akan ada dampak apa-apa bagi masyarakat, apalagi Shell hanya fokus ke BBM non-subsidi, beda dengan Pertamina, Pertamina memang sangat penting,” ujar Moshe saat dihubungi IDX Channel, Minggu (24/11/2024).
“Masalah Shell tutup di Indonesia market share di Indonesia cukup kecil ya, maksudnya enggak terlalu gak terlalu signifikan, jadi dari sisi distribusi BBM-nya akan tetap terjaga, enggak akan ada dampak apa-apa bagi masyarakat,” tutur dia.
Sekalipun begitu, Moshe yakin bahwa keputusan Shell menutup SPBU bakal menimbulkan sentimen buruk pasar investasi dan keuangan dalam negeri. Dia memandang, masyarakat dan investor akan bertanya-tanya soal kinerja industri minyak dan gas bumi (migas) di Tanah Air.
“Cuman nanti dikait-kaitkan lho bisnis migas di Indonesia gimana nih kok bisa lesuh, nah itu yang kita takutkan,” kata dia.
Moshe juga mencatat, keluarnya investasi dari Indonesia akan menciptakan spekulasi publik. Orang akan melirik pertumbuhan permintaan produk migas hingga izin operasional.
“Kenapa nih nanti semua orang bertanya-tanya, kenapa ada masalah apa? Dipersulit apa karena ada monopoli apa gimana, nah sentimen ini yang sebenarnya enggak begitu bagus, dampaknya seperti apa ya kita bisa kita lihat lah nanti seperti apa,” ujarnya.
Untuk diketahui, Shell Indonesia merupakan grup perusahaan energi dan petrokimia global. Operasi perusahaan dibagi ke dalam empat bisnis, yakni hulu, gas terpadu, hilir, serta proyek dan teknologi.
(DESI ANGRIANI)