Sejumlah saham emiten yang terafiliasi Grup Lippo menguat pada perdagangan Kamis (24/10/2024), menjaga momentum positif sebelumnya.
Saham Grup Lippo MLPL hingga LPKR Kembali Curi Panggung. (Foto: Freepik)
IDXChannel – Sejumlah saham emiten yang terafiliasi Grup Lippo menguat pada perdagangan Kamis (24/10/2024), menjaga momentum positif sebelumnya.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), per pukul 10.13 WIB, saham PT Multipolar Tbk (MLPL) mendaki 10,37 persen.
Dengan ini, saham MLPL sudah naik 3 hari beruntun, membuat kinerja sepekan melesat 49,18 persen.
Saham PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) juga meningkat, yakni 9,33 persen. Dalam sepekan, saham MPPA tumbuh 39,89 persen.
Selanjutnya, saham PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) naik 4,94 persen, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) terapresiasi 3,12 persen, dan saham LPPF menghijau 1,52 persen.
Pengamat pasar modal Michael Yeoh menjelaskan, kenaikan saham Grup Lippo tersengat oleh kabar positif untuk LPKR terkait peringkat (rating) utang perusahaan.
“Mulai dari LPKR, [yang mana] rating utang perusahaan di-upgrade oleh Fitch dari CCC- ke B+,” kata Michael saat dihubungi IDXChannel.com, Jumat (18/10).
“Sisanya, saham lainnya saya lihat hanya mengikuti [pergerakan LPKR],” ujarnya.
Dalam amatan analisis teknikal, Michael melihat adanya pola double bottom di saham LPKR dengan target harga ke Rp160 per saham.
Fitch Kerek Rating LPKR
Fitch Ratings telah menaikkan Peringkat Jangka Panjang Issuer Default Rating (IDR) PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) menjadi 'B-' dari 'CCC+', dengan outlook positif.
Mengutip Rating Action Commentary Fitch, Rabu (16/10/2024), pPeringkat obligasi berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) alias USD LPKR yang jatuh tempo pada Januari 2025 dan Oktober 2026 juga mengalami peningkatan menjadi 'B-' dari 'CCC+', dengan Recovery Rating 'RR4'.
Di sisi lain, Fitch Ratings Indonesia meningkatkan Peringkat Nasional Jangka Panjang LPKR menjadi 'BBB-(idn)' dari 'BB-(idn)', juga dengan outlook positif.
Kenaikan peringkat ini mencerminkan upaya LPKR untuk memenuhi kewajiban jatuh tempo obligasi USD, terutama melalui penggunaan hasil penjualan sebagian saham di PT Siloam International Hospital Tbk (SILO) yang baru-baru ini mencapai Rp6,9 triliun.
Perusahaan berencana menggunakan Rp3,9 triliun dari hasil penjualan untuk membayar utang, termasuk obligasi yang jatuh tempo pada Oktober 2026. Dengan langkah ini, risiko pembiayaan ulang yang sebelumnya dianggap tinggi oleh Fitch dapat diminimalkan.
LPKR juga akan membayar saldo terutang sebesar USD63,6 juta pada obligasi lainnya yang jatuh tempo Januari 2025, serta berencana melunasi sebagian kecil fasilitas pinjaman sindikasi yang mencapai Rp4,9 triliun pada akhir Juni 2024.
Fitch memproyeksikan bahwa leverage (net debt/net property assets) LPKR, tidak termasuk SILO dan PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK), akan membaik menjadi sekitar 25 persen pada 2024, memberikan ruang untuk meningkatkan utang baru jika diperlukan.
Fitch juga memperkirakan LPKR akan menghasilkan arus kas bebas positif (FCF) mulai 2025, setelah beberapa tahun mengalami defisit, berkat pengurangan utang dan biaya terkait.
Namun, penurunan pendapatan dividen tahunan dari SILO diperkirakan akan berdampak pada arus kas operasional, sehingga peningkatan berkelanjutan dalam arus kas menjadi penting.
Di sisi prapenjualan, LPKR mencatat kenaikan 30 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp2,4 triliun pada semester I-2024, berkontribusi 58 persen dari target prapenjualan tahun ini sebesar Rp4,1 triliun.
Menurut Fitch, meskipun memiliki beberapa aset tidak dijaminkan, tantangan dalam menjaminkan tanah yang tidak bersebelahan perlu diatasi untuk mempertahankan skala usaha jangka panjang.
Fitch memeringkat LPKR berdasarkan profil standalone perusahaan, mengecualikan anak perusahaan terbuka, LPCK, untuk mencerminkan keterbatasan aliran kas antara LPKR dan LPCK. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.