Saham emiten Grup Bakrie melemah pada perdagangan Kamis (24/10/2024), terimbas aksi ambil untung (profit taking) investor usai dalam tren menguat.
Saham Grup Bakrie BRMS-DEWA Cs Ramai-Ramai Turun. (Foto: Freepik)
IDXChannel - Saham emiten Grup Bakrie melemah pada perdagangan Kamis (24/10/2024), terimbas aksi ambil untung (profit taking) investor usai dalam tren menguat belakangan ini.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.05 WIB, saham emiten tambang emas PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) terkoreksi 4,19 persen setelah menguat 5 hari berturut-turut.
Menurut laporan terbaru Algo Research pada 20 Oktober 2024, kenaikan harga signifikan saham BRMS diperkirakan didorong oleh ekspektasi masuknya BRMS ke indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI).
MSCI, penyedia indeks global yang digunakan oleh investor institusi, meninjau saham secara kuartalan.
“Menurut diskusi kami dengan analis sell-side, terdapat kemungkinan besar bahwa BRMS dapat masuk ke dalam indeks MSCI pada November 2024,” kata Algo Research.
Algo Research berpendapat, jika BRMS masuk indeks ini pada November 2024, diperkirakan akan ada aliran pembelian besar dari investor pasif, seperti exchange traded fund (ETF).
Saat ini, kapitalisasi pasar BRMS mencapai Rp48 triliun dengan float publik 52 persen.
Pada harga saham Rp400 per saham, kata Algo Research, kapitalisasi pasar free float akan memenuhi syarat inklusi MSCI.
Sementara, pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai, selain dari sentimen melesatnya harga emas, BRMS—dan juga sektor tambang secara umum—mendapat katalis dari stimulus yang dikeluarkan pemerintah China untuk mendongkrak ekonomi terbesar kedua dunia tersebut.
“Investor berasumsi bahwa katalis ini akan meningkatkan permintaan dari China. Seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki porsi ekspor komoditas terbesar ke China,” ujar Michael saat dihubungi IDXChannel.com, Selasa (1/10/2024) lalu.
Sementara itu, kata Yeoh, selain didukung oleh katalis yang dapat mendorong kenaikan harga komoditas, BUMI juga berencana melakukan aksi korporasi demi memperbaiki posisi keuangan perseroan.
“Yang di mana jika ini terjadi [kuasi reorganisasi], ada potensi BUMI bisa memberikan dividen di tahun depan,” ujarnya.
Per definisi, kuasi reorganisasi adalah prosedur akuntansi untuk merestrukturisasi ekuitas dengan mengeliminasi saldo laba negatif.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava menanggapi pertanyaan terkait kelanjutan kuasi reorganisasi—yang sempat tertunda di tengah tahun ini—dengan mengatakan, pada 1 Oktober 2024, "Mari kita tunggu laporan keuangan FY24 [tahun fiskal 2024] yang diaudit. Setelah itu, kita akan melihat apakah kami memenuhi kriteria OJK [soal kuasi reorganisasi]."
Saham induk BRMS, BUMI, juga memerah sebesar 0,68 persen.
Demikian pula, saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) yang terdepresiasi 3,29 persen setelah naik 3 hari tanpa henti.
Kabar terbaru, dalam keterbukaan pada 14 Oktober 2024, Energi Mega Persada Tbk atau EMP melalui anak usahanya, PT EMP Energi Jaya (EEJ), telah menandatangani Perjanjian Jual Beli pada 10 Oktober 2024 dengan Energy World Corporation Ltd (EWC) dan Ventures Holdings Pty Ltd (VH).
Hal tersebut terkait akuisisi saham di Energy Equity Holdings Pty Ltd (EEH) dan Epic Sulawesi Gas Pty Ltd (ESG).
Transaksi ini akan membuat EMP menguasai 100% partisipasi interes di KKS Sengkang setelah penyelesaian pada 31 Oktober 2024.
KKS Sengkang memiliki kontrak dengan PT PLN (Persero) dan berproduksi sekitar 50 juta kaki kubik gas per hari, dengan cadangan gas terbukti sekitar 380 miliar kaki kubik.
EMP berharap akuisisi ini akan mendorong peningkatan cadangan gas melalui kegiatan pemboran dan memulai produksi dari lapangan Wasambo.
Setali tiga uang, saham kontraktor pertambangan PT Darma Henwa Tbk (DEWA) kembali turun, yakni sebesar 3,74 persen, setelah kemarin ditutup melorot 1,83 persen.
Sebelumnya, saham DEWA sempat reli 4 hari beruntun.
Menurut pelaku pasar, saat ini sejumlah katalis positif menjadi pendorong pergerakan saham DEWA, termasuk potensi turnaround di tengah pinjaman sindikasi Rp2,6 triliun dari sejumlah bank, yang akan digunakan untuk membeli aset baru demi mendukung rencana ekspansi.
Teranyar, manajemen DEWA menyatakan kepada BEI, dalam surat pada Senin (21/10/2024), pihaknya tidak mengetahui informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai saham perusahaan atau keputusan investasi, sebagaimana diatur oleh Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31/POJK.04/2015 terkait keterbukaan informasi.
Selain itu, perusahaan belum memiliki rencana tindakan korporasi dalam waktu dekat.
Namun, kata manajemen, DEWA berencana untuk melakukan konversi utang kepada PT Madhani Talatah Nusantara (MTN) dan PT Andehesti Tungkas Pratama (ATP) melalui mekanisme Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau private placement pada waktu yang tepat, dengan tetap memperhatikan regulasi yang berlaku.
Sementara itu, kata manajemen, pemegang saham utama DEWA, yaitu Zurich Assets International Ltd. dan Goldwave Capital Ltd., juga belum memiliki rencana aksi korporasi terkait kepemilikan saham mereka di perusahaan.
Tidak hanya nama-nama di atas, saham VKTR juga minus 2,44 persen dan ALII berkurang 0,94 persen. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.