Jakarta -
Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengungkapkan Pemerintah Indonesia tengah fokus memperluas pasar baru untuk produk ekspor dalam negeri. Hal ini dilakukan sebagai respon dari kebijakan tarif resiprokal sebesar 32% dari AS kepada Indonesia.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag, Djatmiko Bris Witjaksono mengungkapkan fokus perluasan pasar ekspor tersebut dilakukan lantaran adanya tarif resiprokal ini dapat mengganggu kinerja ekspor Indonesia. Sehingga diperlukan perluasan pasar yang diharapkan dapat menjadi alternatif terhadap produk ekspor dalam negeri.
Djatmiko menyampaikan perluasan pasar ekspor tersebut sebenarnya sudah dilakukan Pemerintah Indonesia sebelum adanya kebijakan tarif resiprokal dari AS. Misalnya perjanjian dagang Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) yang sudah diselesaikan pada Desember tahun lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kanada ini juga menjadi pasar alternatif yang menjanjikan, ini akan menjadi satu pasar tujuan ekspor yang didukung instrumen fasilitas tarif dan non-tarif di kawasan Amerika Utara," kata Djatmiko di Kantor Kemendag, Jakarta, Senin (24/4/2025).
Djatmiko menambahkan, Indonesia juga telah menyelesaikan perubahan struktur perdagangan dengan Uni Emirate Arab yang dinilai banyak memberikan manfaat bagi Indonesia. Ia mengatakan perubahan struktur perdagangan ini membuat neraca perdagangan Indonesia-UEA kini menjadi surplus dari sebelumnya mengalami defisit.
Lalu akan ada penandatanganan perjanjian perdagangan dengan Tunisia dalam waktu dekat. Djatmiko bilang perjanjian ini menjadi satu pintu masuk kepada produk-produk yang berasal dari Indonesia untuk bisa dipasarkan di kawasan Afrika Utara.
"Kemudian juga kita sudah punya, kita sudah menyelesaikan perundingan dengan Peru. Ini juga hampir selesai, mohon doanya mudah-mudahan bisa kita selesaikan dalam tempo yang cepat. Ya cukup-cukup dalam 1-2 bulan ini, sehingga ini kalau bisa dituntaskan, kemudian bisa kita tandatangani akan menjadi perjanjian kedua kita di kawasan Amerika Latin setelah Chile," katanya.
"Dan Peru sebagai negara berkembang yang cukup progresif, ini juga pasar yang sangat menjanjikan untuk produk-produk yang berasal dari Indonesia," tambahnya.
Pemerintah Indonesia juga menargetkan untuk segera menyelesaikan perjanjian dagang Indonesia - Uni Eropa CEPA yang sudah berlangsung cukup lama. Selain itu juga akan menyelesaikan perjanjian dagang dengan Eurasia pada tahun ini.
"Eurasia ini custom union, terdiri dari Rusia, Belarus, Kazakhstan, Kyrgyzstan, dan Armenia. Ini juga punya potensi yang luar biasa besar, kalau kita bisa memiliki perjanjian dengan Eurasia, ini akan menjadi pintu masuk kita ke kawasan Eropa Timur dan sebagian dari kawasan di Asia Tengah," katanya.
(rrd/rrd)