Jakarta -
Kebijakan tarif impor yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan berdampak nyata bagi konsumen Amerika Serikat. Hal ini karena sejumlah perusahaan besar dari berbagai sektor berencana menaikkan harga produk.
Salah satu kebijakan yang diterapkan adalah tarif dasar sebesar 10% untuk sebagian besar barang impor dan tarif 30% untuk sebagian besar produk asal China. Beberapa komoditas tertentu, seperti baja dan aluminium, dikenakan tarif yang lebih tinggi.
Akibatnya, banyak peritel menyatakan bahwa mereka tidak akan menanggung beban biaya tambahan akibat tarif tersebut seperti yang disarankan Trump. Artinya, mulai dari kebutuhan pokok, pakaian, mainan, hingga mobil, semuanya berpotensi menjadi lebih mahal bagi konsumen Amerika.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip CNN, Minggu (25/5/2025) sejumlah perusahaan yang berencana akan menaikkan harga produknya:
Walmart
Walmart yang salah satu peritel besar terbaru akan menaikkan harga karena tarif Trump dinilai terlalu tinggi, terutama untuk produk buatan China.
CEO Walmart Douglas McMillon mengatakan penyesuaian harga kemungkinan mulai berlaku akhir Mei dan akan naik signifikan pada bulan Juni.
"Kami akan berupaya keras menjaga harga tetap serendah mungkin. Namun, dengan besarnya tarif, bahkan setelah penurunan yang diumumkan minggu ini, kami tidak dapat sepenuhnya menyerap dampaknya mengingat margin keuntungan ritel yang sangat tipis," ujar katanya.
Mattel
Pada 6 Mei, produsen mainan Mattel menyatakan akan menaikkan harga sebagai respons terhadap tarif impor. CEO Ynon Kreiz mengatakan bahwa dalam skenario yang saat ini dipertimbangkan, sekitar 40% hingga 50% produk mereka akan tetap dijual dengan harga US$ 20 atau lebih murah. Ia juga menyerukan penghapusan tarif untuk mainan dan permainan secara global.
Trump menanggapi dengan mengancam akan memberlakukan tarif 100% terhadap produk mainan Mattel, dan mengatakan perusahaan tersebut tidak akan menjual satu pun mainan di AS, yang merupakan pasar terbesar mereka.
Best Buy
Peritel elektronik Best Buy menyampaikan akan menaikkan harga produknya di AS. Hal ini karena pemasok dari berbagai kategori produk akan meneruskan sebagian beban tarif kepada peritel.
"yang hampir pasti akan menyebabkan kenaikan harga bagi konsumen di Amerika," kata CFO Sony, Lin Tao.
Shein dan Temu
Peritel daring asal Tiongkok, Shein dan Temu, sebelumnya diuntungkan oleh ketentuan "de minimis" yang membebaskan bea masuk untuk kiriman bernilai di bawah US$ 800. Namun, Trump telah menandatangani perintah eksekutif yang menghapus pengecualian ini.
"Karena perubahan baru dalam aturan perdagangan global dan tarif, biaya operasional kami meningkat. Untuk terus menghadirkan produk berkualitas tanpa mengorbankan mutu, kami akan melakukan penyesuaian harga mulai 25 April 2025," tulis Temu dalam sebuah pengumuman, yang isinya serupa dengan pengumuman dari Shein.
Keduanya telah menaikkan harga sejumlah produk. Misalnya, dua kursi teras yang dijual di Temu awalnya seharga US$ 61,72 pada 24 April, menjadi US$ 70,17 keesokan harinya. Di Shein, satu set pakaian renang yang tadinya US$ 4,39 melonjak menjadi US$ 8,39, naik 91%.
Ford dan Subaru
CFO Ford, Sherry House, menyatakan bahwa harga mobil Ford di AS kemungkinan akan naik hingga 1,5% pada paruh kedua tahun 2025 akibat tarif.
Ford pun memperpanjang program "harga khusus karyawan" hingga Juli untuk menarik pembeli sebelum tarif diberlakukan.
Sementara itu, Subaru, produsen mobil asal Jepang, juga mengumumkan akan menaikkan harga jual di AS untuk mengimbangi kenaikan biaya. Meski begitu, Subaru tidak menyebutkan besaran kenaikannya.
"Penyesuaian ini dilakukan untuk menyeimbangkan kenaikan biaya sambil tetap menjaga nilai yang kompetitif bagi konsumen," kata juru bicara Subaru of America.
Procter & Gamble, Stanley Black & Decker
Produsen produk rumah tangga Procter & Gamble, pemilik merek-merek seperti Pampers, Tide, dan Charmin, menyatakan pada 24 April bahwa mereka mempertimbangkan kenaikan harga di beberapa kategori dan pasar.
Stanley Black & Decker, produsen alat-alat perkakas, telah menaikkan harga sekitar 7-9% pada bulan April akibat tarif, dan mereka berencana untuk menaikkan harga lagi pada akhir tahun ini.
Adidas
Adidas juga menyatakan bahwa biaya lebih tinggi kemungkinan akan mempengaruhi harga produknya di pasar AS akibat ketidakpastian soal tarif.
"Dengan ketidakpastian dalam negosiasi antara AS dan negara-negara pengekspor, kami belum tahu berapa tarif akhir yang akan diberlakukan," ujar CEO Adidas, Bjørn Gulden, dalam laporan keuangan 29 April.
(kil/kil)