Harga emas dunia naik tipis di pekan lalu. Logam mulia ini masih kesulitan menembus rekor tertingginya pada 30 Oktober 2024.
Proyeksi Harga Emas Pekan Ini, Pasar Nantikan Rapat The Fed. (Foto: Freepik)
IDXChannel – Harga emas dunia naik tipis di pekan lalu. Logam mulia ini masih kesulitan menembus rekor tertingginya pada 30 Oktober lalu, meski suku bunga rendah dan permintaan fisik meningkat.
Menurut data pasar, emas spot (XAU), ditutup turun 1,20 persen ke USD2.648,68 per troy ons pada Jumat (13/12/2024) pekan lalu. Sehari sebelumnya, emas melemah 1,38 persen.
Sebelumnya, emas sempat mencetak rekor tertinggi di USD2.800,80 pada akhir Oktober, didorong penurunan suku bunga dan permintaan sebagai aset safe-haven.
Pekan ini, harga emas nyaris menantang rekor tersebut setelah mencapai USD2.756,70 pada Rabu, tetapi terkoreksi akibat aksi ambil untung.
Kendati turun tajam dalam 2 hari beruntun, harga emas masih memberikan kenaikan mingguan moderat, yakni 0,56 persen.
Prospek Pekan Ini
Survei mingguan Kitco News menunjukkan pandangan analis pasar terbagi seimbang antara optimisme dan pesimisme terhadap harga emas, sementara sebagian besar memilih netral. Di sisi lain, sentimen trader ritel tetap bullish seperti pekan sebelumnya.
"Emas menguat USD85 dalam tiga hari pertama pekan lalu, mungkin didorong oleh berita bahwa Bank Sentral China (PBOC) menambah cadangan emas untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan," ujar Managing Director Bannockburn Global Forex, Marc Chandler.
"Harga mencapai USD2.726 di pasar spot pada Kamis, level terbaik dalam lebih dari sebulan, sebelum terkoreksi karena PPI yang kuat."
Chandler menambahkan, ini adalah kenaikan mingguan kedua sejak akhir Oktober, mematahkan tren penurunan dua pekan.
“Prospek hawkish dari Federal Reserve, seperti pemotongan suku bunga tetapi dengan ekspektasi pengurangan lebih sedikit tahun depan, bisa memicu uji ulang level USD2.600."
Sementara, Kepala Strategi Mata Uang di Forexlive.com, Adam Button, optimistis bahwa emas akan naik.
"PBOC kembali membeli emas, dan faktor musiman mendukung," katanya.
Pandangan lainnya datang dari Presiden Adrian Day Asset Management, Adrian Day, yang memproyeksikan pelemahan emas minggu omo karena optimisme ekonomi AS di bawah pemerintahan Trump.
Namun, ia tetap bullish untuk jangka panjang, mengingat kekhawatiran bank sentral terhadap penggunaan USDsebagai senjata ekonomi dan risiko stagflasi di AS dan Eropa.
Co-Director Commercial Hedging di Walsh Trading, Sean Lusk, mencatat bahwa penguatan dolar Amerika Serikat (AS) menjadi tantangan utama untuk emas.
"Ada banyak alasan untuk profit-taking saat ini. Penguatan dolar dan kurangnya dukungan dari komoditas lain membuat logam mulia menghadapi beberapa hambatan dalam waktu dekat," ujarnya.
Lusk memperkirakan pelemahan emas bersifat musiman, dengan rebound kemungkinan terjadi di awal 2025.
"Permintaan fisik akan kembali setelah Natal menuju Hari Valentine. Level di bawah USD2.500 bisa menjadi peluang beli," katanya.
Sebanyak 14 analis berpartisipasi dalam Survei Emas Kitco News minggu ini, dengan sentimen Wall Street terbagi rata antara optimistis dan pesimistis, sementara sebagian memilih bersikap netral.
Empat analis (29 persen) memperkirakan harga emas naik pekan ini, empat lainnya memprediksi penurunan, dan enam analis (43 persen) memproyeksikan harga tetap stabil atau memilih pendekatan wait-and-see.
Sementara itu, dari 144 suara dalam jajak pendapat daring Kitco, mayoritas investor ritel (60 persen) masih bullish terhadap emas. Sebanyak 17 persen memperkirakan penurunan harga, dan 23 persen memprediksi konsolidasi harga emas akan berlanjut dalam waktu dekat.
Fokus Pekan Ini: Keputusan Suku Bunga Fed
Keputusan suku bunga terakhir Federal Reserve (The Fed) AS tahun ini pada Rabu akan menjadi pusat perhatian.
Meski pasar sudah memperhitungkan pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin, pernyataan kebijakan moneter dan konferensi pers Ketua The Fed Jerome Powell akan memberikan petunjuk lebih lanjut tentang arah kebijakan ke depan.
Bank of England (BOE) juga dijadwalkan mengumumkan keputusan suku bunga pada Kamis.
Sementara, data penting lain meliputi Penjualan Ritel AS per November (Selasa), Indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (Jumat), dan survei manufaktur serta laporan pasar tenaga kerja. (Aldo Fernando)