Fedaus juga memaparkan berbagai langkah inovatif yang telah dilakukan GGRP dalam mendukung pembangunan rendah karbon.
Kantongi Pinjaman USD60 juta dari IFC, GGRP Fokus Akselerasi Ekonomi Hijau (foto: MNC media)
IDXChannel - PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP) menegaskan komitmennya dalam mendukung agenda keberlanjutan, sebagai upaya mewujudkan konsep ekonomi hijau (green economy).
Dukungan tersebut, di antaranya, dilakukan dengan terus berinvestasi dalam berbagai program dekarbonisasi. Dalam hal ini, GGRP telah menerima pembiayaan pinjaman setara dengan USD60 juta dari International Finance Corporation (IFC), anggota dari Grup Bank Dunia dan lembaga pembangunan global terbesar yang berfokus pada sektor swasta di pasar negara berkembang.
"(Pinjaman) Ini sekaligus menandakan investasi pertama IFC di sektor baja Asia dalam lebih dari satu dekade. Ini akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi baja lembaran rendah karbon menggunakan teknologi Electric Arc Furnace (EAF), dengan bahan baku scrap, sehingga dapat menghasilkan baja berkualitas tinggi dengan emisi yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan teknologi Non-EAF," ujar Presiden Direktur GGRP, Fedaus, dalam keterangan resminya.
Pernyataan tersebut disampaikan Fedaus saat tampil sebagai pembicara dalam Dialog Nasional Akselerasi Transformasi Ekonomi Hijau, yang dihelat oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), bekerja sama dengan lima agensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yaitu UNDP, ILO, UNIDO, UNEP dan UNITAR.
Gelaran diskusi tersebut merupakan bagian dari program United Nations Partnership for Action on Green Economy (PAGE) yang merupakan hasil kolaborasi PPN/Bappenas dengan PBB.
Dalam kesempatan tersebut, Fedaus juga memaparkan berbagai langkah inovatif yang telah dilakukan GGRP dalam mendukung pembangunan rendah karbon.
"Sebagai salah satu perusahaan baja di Indonesia, kami percaya bahwa transisi menuju ekonomi hijau harus menjadi prioritas. Dengan strategi keberlanjutan komprehensif yang dimiliki oleh GRP, seperti ESG Strategy Handbook dan Net Zero Roadmap, kami berkomitmen untuk menjadi penggerak perubahan menuju masa depan yang lebih hijau, khususnya bagi industri baja tanah air," ujar Fedaus.
Dalam paparannya, Fedaud menyoroti beberapa inisiatif penting, seperti penggunaan energi terbarukan oleh GGRP dengan telah mengoperasikan salah satu rooftop solar power plant terbesar di Jawa Barat dengan total kapasitas 9,3 MWp.
"Inisiatif ini akan terus diperluas dengan target mencapai 33 MWp pada 2025, yang diharapkan dapat mengurangi 47.400 ton CO2 per tahun," ujar Fedaus.
Tak hanya itu, menurut Fedaus, pihaknya juga terus meningkatkan pelaporan keberlanjutan melalui peningkatan ESG risk rating dan partisipasi dalam CDP Disclosure untuk memastikan akuntabilitas dan dampak positif dalam perjalanan dekarbonisasi Perusahaan.
Sementara, Wakil Menteri PPN/Bappenas, Febrian Alphyanto Ruddyard, yang juga hadir dalam acara tersebut menyatakan bahwa pergeseran struktur ekonomi menuju sektor yang lebih produktif harus diiringi dengan investasi pada infrastruktur hijau dan pekerjaan ramah lingkungan.
"Strategi ekonomi hijau diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan, sekaligus memastikan pembangunan berkelanjutan," ujar Febrian.
Atas dukungannya terhadap acara tersebut, GGRP GGRP menerima penghargaan atas kontribusinya dalam mendukung transformasi ekonomi hijau.
Bagi Fedaus, penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi terhadap langkah GGRP dalam mendorong inovasi dan praktik terbaik untuk keberlanjutan, sekaligus memperkuat posisinya sebagai pemimpin dalam industri baja rendah emisi di Indonesia.
"Kami percaya bahwa kolaborasi dan inovasi antar perusahaan swasta, pemerintah bersama pemangku kepentingan lainnya adalah kunci untuk mewujudkan ekonomi hijau yang inklusif dan berkelanjutan. Oleh karena itu, kami akan akan terus berkomitmen untuk mendukung inisiatif keberlanjutan di tingkat lokal maupun global, sehingga dapat membawa dampak positif bagi lingkungan, masyarakat, dan perekonomian," ujar Fedaus.
(taufan sukma)