Jakarta -
Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang besar. Oleh karena itu, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk menggarap potensi tersebut.
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM Andriah Feby Misna mengatakan, pemerintah terus mendorong pengembangan EBT melalu pengembangan kebijakan hingga pembinaan.
"Pemerintah terus mendorong pengembangan energi terbarukan melalui pengembangan kebijakan, regulasi, standar nasional, pembinaan dan pengawasan, serta fasilitator," katanya dalam acara EESA Summit 2025, dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (30/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disebutkan, Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor energi baru terbarukan mulai dari tenaga surya, angin, hingga panas bumi. Potensi tenaga surya Indonesia mencapai 3.294 GW dan tenaga angin sebesar 155 GW. Saat ini, Indonesia berada dalam fase transisi energi, bergerak dari ketergantungan pada bahan bakar fosil menuju sumber energi bersih.
Pada tahun 2023, sekitar 60% energi Indonesia masih berasal dari batu bara, sementara kontribusi energi terbarukan diperkirakan mencapai sekitar 15%. Pemerintah Indonesia menargetkan kontribusi energi terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025 dan 30% pada tahun 2030 dalam bauran energi nasional. Komitmen ini juga ditegaskan melalui janji global Indonesia untuk mencapai net zero emissions dan dekarbonisasi ekonomi pada tahun 2060.
Untuk mendukung transisi ini, Indonesia perlu mulai merencanakan jaringan listrik yang modern dan mampu menyerap porsi besar energi terbarukan yang variatif. Teknologi penyimpanan energi kini menjadi elemen kunci dalam menciptakan sistem energi yang stabil, efisien, dan berkelanjutan, mendukung pengelolaan puncak beban serta meningkatkan fleksibilitas sistem secara keseluruhan.
EESA Summit 2025 sendiri diprakarsai oleh EESA China bekerja sama dengan Seven Event, serta mendapat dukungan Kementerian ESDM. Andy Wismarsyah, CEO Seven Event selaku penyelenggara menyatakan, acara ini menjadi tempat untuk mempertemukan pemangku kepentingan dalam mendukung transisi energi.
"EESA Summit Indonesia 2025 menjadi momentum penting untuk mempertemukan pemangku kepentingan dari dua negara yaitu China dan Indonesia dalam mendukung agenda transisi energi. Kami percaya, kerja sama lintas negara seperti ini akan mempercepat adopsi teknologi baru dan memperkuat ekosistem energi bersih di Indonesia," ujar Andy.
Sementara, Rene Duan selaku Secretary General EESA mengatakan, acara tersebut diharapkan dapat menjadi jembatan untuk kolaborasi antara pelaku industri China dan Indonesia.
"Indonesia saat ini menjadi salah satu negara paling menarik di dunia dalam hal pengembangan energi bersih yang telah menunjukkan komitmen yang kuat terhadap pengembangan energi terbarukan. Melalui EESA Summit, kami ingin menjadi jembatan bagi kolaborasi yang lebih erat antara pelaku industri di China dan Indonesia, guna mewujudkan sistem energi masa depan yang berkelanjutan dan saling menguntungkan," terangnya.
(acd/acd)