Jakarta -
Isu rencana merger antara PT Grab Teknologi Indonesia dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk terus menjadi perbincangan. Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer menilai langkah tersebut berpotensi merugikan kepentingan nasional, khususnya dalam hal penguasaan ekonomi digital oleh pihak asing.
"Kalau Gojek menyerah ke Grab, ya itu bukan Indonesia lagi, tapi Singapura. Nanti uangnya di bawa ke luar, ke sana, tanpa regulasi kita," ujar Immanuel di Jakarta, Rabu (14/5/2025).
Ia menekankan pentingnya mempertimbangkan aspek nasionalisme dalam pengambilan keputusan bisnis, terutama bagi perusahaan yang selama ini menjadi simbol inovasi anak bangsa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Biarkan tetap ada wajah anak bangsa di negeri sendiri. Gojek ini kan simbol anak bangsa, merah putih. Bukan berarti saya anti perusahaan asing," lanjutnya.
Sementara itu dari komunitas pengemudi online, mereka menyuarakan kekhawatiran atas dampak ekonomi yang akan ditimbulkan. Salah satunya adalah Pangkalan Mitra Gacor, yang melalui surat terbuka kepada Presiden Prabowo Subianto menyampaikan keresahan para pengemudi.
"Sebagai pekerja sektor informal yang bergantung pada ekosistem digital ini, kami melihat potensi merger ini sangat membahayakan kehidupan sehari-hari kami. Harga jadi naik, pendapatan turun. Tarif potongan semakin besar, insentif makin langka, dan kami yang merugi," kata Ketua Pangkalan Mitra Gacor, Gandy Setiawan, Sabtu (10/5/2025).
Sikap serupa juga disampaikan komunitas pengemudi online DOBRAK. Dalam surat terbuka yang diterima media Minggu (11/5), mereka menyebut merger ini bukan hanya soal bisnis.
"Merger ini bukan hanya persoalan bisnis atau korporasi, melainkan ancaman kedaulatan ekonomi digital nasional oleh pelaku kapitalisme global ke dalam ekonomi rakyat yang berimbas langsung kepada kami," ujar perwakilan DOBRAK, Eeng.
Eeng juga menyoroti adanya indikasi langkah sistemik dalam penguasaan bisnis digital oleh modal asing, dengan dominasi yang tidak lagi mengandalkan senjata, melainkan melalui algoritma dan kekuatan platform.
"Pemerintah harus hadir. Menutup celah yang bisa digunakan untuk tumbuh dan berkembang lalu menguasai seluruh objek vital tulang punggung ekonomi digital nasional," tutupnya.
Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari Grab maupun GoTo terkait isu merger yang semakin ramai diperbincangkan publik.
Sebelumnya, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) berencana melakukan pembelian kembali saham (buyback) senilai Rp 3,3 triliun. Rencananya, aksi korporasi tersebut akan berlangsung paling lama 12 bulan usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) menyetujui, yakni 19 Juni 2025 sampai dengan 18 Juni 2026.
Sekretaris Perusahaan GOTO R.A Koesoemohadian mengatakan biaya untuk melaksanakan buyback akan berasal dari kas internal Perseroan. Sumber dana yang digunakan berasal dana hasil penawaran umum dan bukan merupakan dana yang berasal dari pinjaman dan/atau utang dalam bentuk apapun.
"Besarnya dana yang disisihkan oleh Perseroan dalam rangka Pembelian Kembali Saham sebagaimana dimaksud di atas adalah sebanyak-banyaknya sebesar US$ 200.000.000 atau setara Rp3.300.000.000.000 dengan asumsi bahwa 1 USD adalah setara dengan Rp16.500," kata Koesoemohadiani dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, dikutip Selasa (12/5/2025).
(rrd/rir)