Gandeng Belanda, RI Mau Produksi Pangan Bisa Tahan Perubahan Iklim

2 hours ago 1

Jakarta -

Pemerintah Indonesia bakal menggandeng pemerintah Belanda dalam teknologi pangan yang tahan dengan perubahan iklim. Salah satu bentuk implementasi dari kerja sama ini adalah dengan membangun green house (rumah kaca), karena kondisi lahan di Indonesia dirasa cocok untuk pembangunan rumah kaca.

Kepala Bagian Pertanian Kedutaan Besar Belanda, Joost van Uum, mengatakan rumah kaca dapat dibangun di lahan dengan ketinggian lebih dari 1.500 meter di atas permukaan laut (mdpl). Ia menilai, Indonesia memiliki banyak area yang berada di atas permukaan laut, dan akan memanfaatkan lahan eks perkebunan untuk dijadikan rumah kaca.

"Misalnya, perkebunan teh yang sudah lama dapat diubah menjadi rumah kaca hortikultura. Kami juga berencana untuk meningkatkan produksi dari para petani dengan menerapkan open cultivation (budidaya terbuka). Daripada hanya memproduksi padi di musim kemarau, ke depannya, mereka juga bisa memproduksi lebih banyak sayuran," kata Joost selepas mengadakan audiensi di Kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Rabu (14/5/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Joost menjelaskan, pihaknya menargetkan agar para petani juga mendapatkan akses terhadap benih yang kualitasnya lebih baik. Ia juga bilang, bersama Kementan, pihaknya akan mengadakan pelatihan di bidang hortikultura agar petani mendapat hasil lahan yang lebih produktif.

"Rumah kaca memerlukan teknologi tinggi dalam hal penggunaan teknologi komputerisasi dan sistem irigasi. Maka, biaya yang dikeluarkan memang bisa sangat mahal. Ini bukan hal yang bisa dibeli oleh petani. Saat ini kita juga melihat investor dari berbagai sektor berinvestasi di bidang pertanian," kata Joost.

Ia merinci, nilai investasi untuk satu rumah kaca dengan teknologi tinggi di lahan seluas kurang lebih lima hektare (Ha), memerlukan nominal investasi senilai US$ 5 juta (atau setara Rp 83,5 miliar). Selain itu, salah satu perusahaan di bidang produksi susu asal Belanda juga akan berinvestasi di peternakan sapi perah.

"(Perusahaan tersebut) akan mendirikan sekitar 30 atau 40 peternakan percontohan di Indonesia, dengan maksimal 30 sapi di tiap peternakan. Ini ditujukan untuk peternak sapi perah berskala kecil. Biayanya sekitar US$ 100 ribu (setara Rp 1,6 miliar) untuk peternakan seperti itu," terangnya.

"Jadi, tidak perlu investasi yang sangat besar. Tentu saja, mungkin buat petani kecil ini merupakan angka yang besar, tetapi mereka bisa mendapatkan pinjaman untuk itu. Ini dapat mengubah pertanian tradisional di Indonesia menjadi pertanian yang lebih cerdas, dan mampu tahan terhadap perubahan iklim dengan metode dan teknologi terbaru," tandas Joost.

Lihat juga Video Mendes PDT: Ada Dana Rp 16 Triliun untuk Ketahanan Pangan

(eds/eds)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |