Kelas Menengah Turun Kasta Bikin Industri Minuman Ringan Loyo

4 hours ago 1

Jakarta -

Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM) menyampaikan kinerja industri minuman ringan mengalami pelemahan. Sejumlah hal disebut sebagai penyebab, termasuk turunnya kelas menengah atas.

Ketua ASRIM Triyono Prijosoesilo mengatakan, kinerja industri minuman ringan melemah 1,3% pada kuartal I 2025.

"Industri minuman secara keseluruhan termasuk AMDK (air minum dalam kemasan) minus 1,3%. Kalau teman-teman ingat Lebaran tahun ini adalah di akhir bulan Maret. Lebaran tahun lalu adalah di awal bulan April. Jadi, secara periode sebenarnya mirip, nggak terlalu jauh beda. Ada persiapan-persiapan belanja dan kita ekspektasi penjualannya. Tapi ternyata datanya menunjukkan bahwa Lebaran tahun ini tidak seindah yang kita bayangkan," kata Triyono dalam konferensi pers di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu (14/5/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Triyono menilai industri minuman ringan masih rentan terhadap tekanan, baik dalam negeri maupun dari luar negeri. Misalnya, pada 2017, kinerja industri minuman ringan mengalami tekanan karena adanya tarif Trump periode pertama serta pelemahan pertumbuhan ekonomi di China. Kemudian pada 2019, pertumbuhan industri minuman ringan melemah karena adanya pandemi COVID-19.

"2022 adalah rebound. Rebound dari COVID-19, semua orang euforia, semua orang yang tadinya sudah 3 tahun nggak bisa kemana-mana, pengin jalan-jalan, pengin keluar, akhirnya konsumsi meningkat dengan tajam sehingga bisa naik kurang lebih 21%. Ini tentu 2022. Tetapi kemudian banyaklah faktor-faktor lain yang terjadi. Euforianya sudah habis. Kemudian global ada invasi Rusia ke Ukraina yang mempengaruhi global supply chain," jelas Triyono.

Triyono menerangkan tekanan utama untuk kinerja industri minuman ringan karena adanya penurunan kelas menengah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah kelas menengah dan menuju kelas menengah mencakup 66,6% total penduduk dan nilai konsumsi pengeluarannya mencakup 81,49% dari total konsumsi masyarakat.

"Dari tahun 2019 sampai dengan 2024 yang ternyata cukup masif yaitu kurang lebih sampai 9,5 juta orang. Nah ini catatan-catatan ini yang sebenarnya kami melihat mempengaruhi banyak sekali kinerja industri minuman siap saji, industri minuman non-alcoholic. Kenapa? Karena memang karakteristik produk kita. Karakteristik produk kita adalah bukan produk primer," katanya.

"Jadi tentunya dengan sendirinya pada saat dimana ada keadaan tekanan, yang mungkin konsumen merasakan bahwa mereka harus berhati-hati membelanjakan produk. Mereka mulai menelisik produk-produk apa yang mereka prioritaskan untuk belanja. Ini adalah beberapa kondisi atau faktor yang kami lihat. Tentunya adalah penurunan kelas menengah itu menjadi utama," imbuh Triyono.

Selain itu, ada beberapa faktor lain dari dalam negeri, seperti harga pangan naik, upah riil stagnan, indeks keyakinan (IKI) turun, hingga situasi perdagangan internasional.

(acd/acd)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |