Harga emas dunia jatuh ke level terendah dalam dua bulan terakhir pada Kamis (14/11/2024), seiring penguatan dolar yang berlanjut pasca-pemilu AS.
Harga Emas Dunia Turun 5 Hari Beruntun, Terendah dalam 2 Bulan. (Foto: Freepik)
IDXChannel – Harga emas dunia jatuh ke level terendah dalam dua bulan terakhir pada Kamis (14/11/2024), seiring penguatan dolar yang berlanjut pasca-pemilihan umum (pemilu) Amerika Serikat (AS).
Dolar AS mencapai level tertinggi dalam lebih dari dua tahun, sementara indikator inflasi Negeri Paman Sam juga naik bulan lalu.
Berdasarkan data pasar, emas spot (XAU/USD) melemah 0,32 persen ke USD2.564,72 per troy ons, turun selama 5 hari berturut-turut.
Penurunan ini berlanjut setelah munculnya serangkaian data ekonomi AS, termasuk data Indeks Harga Konsumen (CPI) pada Rabu dan Indeks Harga Produsen (PPI) pada Kamis.
Menurut analis XS.com Samer Hasn, meskipun data tersebut umumnya sesuai dengan ekspektasi, harapan untuk penurunan suku bunga pada Januari mendatang semakin berkurang.
"Pasar saat ini memperkirakan kemungkinan penurunan suku bunga di bulan pertama tahun depan hanya 28 persen, turun dari lebih dari 60 persen pada Oktober," kata Hasn dalam sebuah catatan, dikutip Dow Jones Newswires, Kamis (14/11).
Biasanya, suku bunga yang lebih rendah meningkatkan daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Hasn menambahkan, kenaikan imbal hasil riil dari Treasury AS juga mengurangi daya tarik emas, di mana investor cenderung mengalihkan dana dari logam mulia ke obligasi berimbal hasil tinggi.
Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan, Indeks Harga Produsen Oktober naik 0,2 persen dari September, sedikit lebih tinggi dari laju 0,1 persen yang direvisi pada bulan sebelumnya, tetapi sesuai dengan perkiraan konsensus.
PPI inti, yang mengecualikan faktor satu kali, naik 0,3 persen, lebih tinggi dari 0,2 persen pada bulan sebelumnya dan di atas ekspektasi sebesar 0,2 persen.
Pasar utama di luar AS hari ini juga menunjukkan Indeks Dolar AS sedikit lebih tinggi.
Bloomberg melaporkan, hanya beberapa pekan setelah Presiden China Xi Jinping menyetujui komunike BRICS yang menyerukan pengurangan penggunaan dolar, kementerian keuangannya justru menawarkan obligasi negara yang didenominasi dalam dolar AS.
Meskipun ada semangat untuk de-dolarisasi, Beijing menunjukkan, mereka tetap setia, atau setidaknya pasrah, untuk terus menggunakan dolar dalam keuangan internasional.
Dolar kembali naik setelah data inflasi, terlihat dari Indeks Dolar ICE yang menguat 0,19 poin menjadi 106,67, tertinggi sejak Oktober 2022.
Imbal hasil Treasury atau obligasi AS bertenor dua tahun terakhir terlihat memberikan imbal hasil 4,296 persen, naik 0,4 basis poin, sementara imbal hasil pada obligasi 10 tahun turun 5,8 poin menjadi 4,41 persen. (Aldo Fernando)