Bursa saham di Indonesia pernah beberapa kali tidak aktif alias tutup total dalam milestone pendiriannya karena kondisi geopolitik dan ekonomi.
Sejarah Bursa Efek Indonesia Pernah Tutup Total yang Jarang Diketahui Investor. (Foto: MNC Media)
IDXChannel—Simak sejarah Bursa Efek Indonesia pernah tutup total yang jarang diketahui. Bursa saham di Indonesia pernah beberapa kali tidak aktif alias tutup total dalam milestone pendiriannya karena kondisi geopolitik.
Melansir ‘Sejarah Pasar Modal’ yang diterbitkan di Universitas Islam Indonesia (12/3), transaksi saham di Indonesia pertama kali tercatat pada 1892, dilakukan oleh perusahaan perkebunan di Batavia dengan penjualan 400 saham dengan harga 500 gulden/saham.
Empat tahun kemudian aksi jual saham ini kembali dilakukan oleh perusahaan lain. Pada 1912 akhirnya pasar modal pertama di Hindia Belanda didirikan dengan nama Vereniging voor de Effectenhandel (bursa efek) dan mulai melaksanakan aktivitas perdagangan.
Saat itu saham yang diperdagangkan adalah saham-saham atau obligasi perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia, sementara obligasi diterbitkan oleh pemerintah provinsi dan kota praja memiliki sertifikat saham perusahaan yang diterbitkan di Belanda.
Mayoritas investor pada masa itu adalah orang Belanda dan Eropa dengan penghasilan di atas rata-rata. Namun ketika Perang Dunia pertama meletus, aktivitas perdagangan di bursa efek saat itu dihentikan pada 1914-1918.
Kemudian pada 1925 bursa efek di Batavia kembali dibuka, tetapi sekaligus dengan pembentukan dua bursa efek baru, yakni Bursa Efek Surabaya dan Bursa Efek Semarang. Lagi-lagi aktivitasnya harus dihentikan karena resesi ekonomi 1929 dan Perang Dunia II.
Melansir laman resmi Bursa Efek Indonesia (12/3), Bursa Efek Surabaya dan Semarang adalah yang pertama ditutup pada 1939, menyusul kemudian penutupan bursa efek di Batavia pada 1940.
Selama periode 1942 sampai dengan 1952 semua bursa efek di Indonesia ditutup lagi karena kondisi perang masih berlangsung. Bursa kembali dibuka oleh Soeharto pada Juni 1952, namun pada 1956 dilakukan program nasionalisasi perusahaan Belanda hingga 1977.
Selama program nasionalisasi itu berlangsung, perdagangan di bursa efek menjadi vakum. Presiden Soeharto kembali membuka bursa efek pada 10 Agustus 1977, ditandai dengan IPO PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
Setelahnya, bursa efek masih dalam tahap berkembang, jumlah emiten yang tercatat juga belum banyak. Hanya 24 perusahaan hingga 1987, karena saat itu masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibanding instrumen pasar modal.
Kemudian pemerintah mengeluarkan kebijakan yang mempermudah perusahaan untuk IPO dan kebijakan lain yang menstilumus pertumbuhan pasar modal di Indonesia. Pada 1988-1990, pemerintah membuka pintu bursa untuk investor asing.
Setelah mengalami beberapa pengembangan dan pembaruan dalam tata laksana perdagangan saham, pada 2007 barulah Bursa Efek Surabaya dan Bursa Efek Jakarta digabung menjadi Bursa Efek Indonesia.
Itulah seulas cerita tentang sejarah Bursa Efek Indonesia pernah tutup total yang jarang diketahui.
(Nadya Kurnia)