Lo Kheng Hong adalah seorang investor yang berhasil mencatatkan keuntungan hingga ribuan persen dari capital gain.
Cerita Investor Legendaris yang Pernah Cuan Besar di BEI Berkat Value Investing. (Foto: Freepik)
IDXChannel—Simak kisah investor legendaris yang pernah cuan besar di BEI. Banyak investor berhasil mencatatkan keuntungan besar dari pasar modal di Indonesia, tetapi hanya segelintir yang sukses mencatatkan cuan fantastis.
Salah satu nama investor ritel yang kerap seliweran di pemberitaan investasi saham adalah Lo Kheng Hong, seorang investor yang berhasil mencatatkan keuntungan hingga ribuan persen dari capital gain.
Cerita keberhasilan Lo Kheng Hong menerapkan prinsip value investing dengan slogan khasnya ‘beli mercy harga bajaj’ menginspirasi banyak investor pemula untuk mempelajari cara-cara investasi jangka panjang.
Keberhasilan Lo Kheng Hong, atau Pak Lo, dari investasi saham diperoleh dari kombinasi antara pemilihan saham yang tepat, waktu entry (beli) yang tepat, dan conviction yang kuat untuk membeli serta mempertahankan kepemilikan sahamnya.
Berinvestasi jangka panjang ketika kondisi perekonomian tengah memburuk bukanlah hal yang mudah, tetapi itulah yang dilakukan Lo Kheng Hong saat membeli saham PT United Tractors Tbk (UNTR) pada 1998.
Pak Lo terjun ke pasar modal sebagai investor di usia 30 tahun. Perjalanan investasinya pun tidak langsung membuatnya untung seketika, dia pernah merugi sebelum akhirnya sukses besar dari UNTR.
Saat krisis moneter melanda Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya, banyak investor angkat kaki dari Bursa Efek Indonesia. Saat itu nilai tukar rupiah meroket dari Rp2.000-an menjadi Rp15.000 per dolar AS, selain itu inflasi juga mencapai 78 persen.
IHSG pun tak kalah mengenaskan, banyak investor yang merugi karena nilai saham yang jeblok serentak. Termasuk Pak Lo sendiri. Namun bukannya menyerah, dia justru mengerahkan semua sisa modal miliknya untuk membeli 6 juta saham UNTR.
Saat itu harga saham UNTR terdiskon menjadi Rp250/saham. Saat itu jumlah saham beredar UNTR mencapai 138 juta lembar, dengan nilai total aset Rp3,8 triliun, yang artinya kapitalisasi pasar UNTR jeblok hanya Rp34,5 miliar.
Padahal UNTR adalah perusahaan yang mampu mencatatkan laba usaha hingga triliunan rupiah, angka yang impresif untuk era 1990-an. Namun karena nilai tukar yang meroket, UNTR harus mencatatatkan kerugian karena transaksinya menggunakan dolar AS.
Lo Kheng Hong memilih saham tersebut karena fundamentalnya yang baik, tetapi harganya tengah undervalued karena faktor eksternal yang tidak terelakkan. Sehingga jika kondisi ekonomi pulih, Pak Lo yakin harga saham UNTR akan membaik.
Keyakinan Lo Kheng Hong berbuah manis. Beberapa tahun kemudian harga saham UNTR berangsur-angsur pulih, bahkan merangkak naik hingga Rp15.000 per lembar. Dengan harga pasar itu, Lo Kheng Hong mencatatkan multibagger berkali-kali.
Capital gain yang diperolehnya pun tentu tak main-main. Dengan jumlah kepemilikan hingga 6 juta lembar di harga Rp250/saham, profit yang dihasilkannya mencapai puluhan miliar rupiah.
Setelah sukses dengan UNTR, Lo Kheng Hong kembali mencatatkan keuntungan fantastis dengan strategi investasi yang sama pada saham-saham lain yang tengah undervalued karena faktor-faktor tertentu.
Itulah kisah investor legendaris yang pernah cuan dari BEI berkat nekat investasi saat krismon.
(Nadya Kurnia)