Bursa Saham Asia Melemah, Investor Tunggu Data Tenaga Kerja AS

1 month ago 15

Bursa saham Asia turun pada Jumat (6/12/2024) di tengah gejolak politik di Korea Selatan.

 Reuters)

Bursa Saham Asia Melemah, Investor Tunggu Data Tenaga Kerja AS. (Foto: Reuters)

IDXChannel – Bursa saham Asia turun pada Jumat (6/12/2024) di tengah gejolak politik di Korea Selatan.

Sementara, pelaku pasar yang optimistis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menantikan data tenaga kerja untuk memastikan apakah ekspektasi pemotongan suku bunga Federal Reserve (The Fed) bulan ini akan terwujud.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,3 persen, sebagian karena penurunan 1,7 persen pada KOSPI Korea Selatan.

Won Korea (KRW) melemah 0,8 persen ke level KRW1.425,42 per USD, mendekati posisi terendah 1.443,4 yang tercatat pada Selasa setelah Presiden Yoon Suk Yeol memberlakukan darurat militer.

Partai oposisi utama Korea Selatan, menurut laporan Yonhap, Partai Demokrat, pada Jumat menyatakan, para anggota parlemen siaga menyusul banyaknya laporan tentang kemungkinan pemberlakuan darurat militer lainnya.

Di wilayah lain, saham blue chip (unggulan) China naik 0,2 persen, sementara Hang Seng Hong Kong menguat 0,4 persen.

Indeks Nikkei Jepang turun 0,6 persen meskipun mencatat kenaikan 2,5 persen sepanjang pekan ini.

Data menunjukkan gaji di Jepang tumbuh pada laju tercepat dalam 32 tahun pada Oktober, meskipun pasar masih memperkirakan tidak akan ada kenaikan suku bunga dari Bank of Japan (BOJ) di Desember ini.

Indeks ASX 200 Australia juga melorot 0,40 persen dan STI Singapura terdepresiasi 0,30 persen.

Fokus pasar kini tertuju pada laporan nonfarm payrolls (NFP) AS yang akan dirilis hari ini.

Perkiraan menunjukkan penambahan 200 ribu lapangan kerja pada November, rebound dari kenaikan lemah sebesar 12 ribu pada Oktober yang terdampak badai dan pemogokan.

Tingkat pengangguran diperkirakan naik tipis menjadi 4,2 persen dari 4,1 persen.

Dengan ekspektasi pasar terhadap hasil yang seimbang, risiko tetap ada.

Laporan tenaga kerja yang sangat kuat dapat mengancam peluang pemangkasan suku bunga The Fed, sementara angka yang sangat lemah justru memperbesar kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi.

Kontrak berjangka (futures) menunjukkan peluang 70 persen akan ada pemotongan suku bunga oleh The Fed pada 18 Desember mendatang.

Ini menunjukkan pasar rentan terhadap laporan tenaga kerja yang kuat, terutama setelah sepekan terakhir futures mengindikasikan tambahan pemotongan seperempat poin pada 2025.

"Jika hasil laporan menunjukkan pertambahan tenaga kerja di bawah 100 ribu dengan tingkat pengangguran 4,2 persen atau bahkan 4,3 persen, saham bisa tertekan meskipun hal ini hampir pasti menjamin pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin," ujar Kepala Riset di Pepperstone Chris Weston.

"Sebaliknya, jika angka tenaga kerja melampaui 250 ribu dengan tingkat pengangguran di bawah 4,1 persen, pasar mungkin akan mengurangi risiko karena hal ini bisa membuka kemungkinan Fed menahan pemotongan suku bunga pada 18 Desember," katanya.

Semalam, Wall Street terkoreksi dari level tertingginya seiring investor menyesuaikan posisi menjelang laporan tenaga kerja.

Meski begitu, Nasdaq yang didominasi saham teknologi telah naik 2,5 persen sepanjang pekan ini, menambah kapitalisasi pasar senilai USD1 triliun.

Dolar AS melemah 0,6 persen terhadap mata uang utama lainnya dan tertekan mendekati level terendah tiga pekan di 105,84 pada Jumat.

Pelaku pasar berhati-hati terhadap penurunan tajam mengingat posisi pasar yang didominasi oleh posisi long atas dolar AS. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |