Jakarta -
Saat ingin menjual emas perhiasan, sebagian besar orang mungkin memilih berkunjung ke Pegadaian atau toko emas terdekat. Namun, tak sedikit juga di antara mereka yang memilih menjualnya di pedagang emas emperan pinggir jalan.
Bermodal meja kecil dan etalase sederhana, para pedagang emas emperan ini membuka lapak jual-belinya di sudut-sudut jalan Kota. Misalkan saja seperti yang ada di kawasan Pasar Senen, Jakarta Pusat.
Berdasarkan pantauan detikcom di lokasi, Senin (21/4/2025), sejumlah pedagang emas emperan banyak membuka lapaknya di pinggir Jalan Pasar Senen hingga ke Jalan Senen Raya III, tepatnya di belakang area ruko-ruko Plaza Atrium.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di kawasan ini sudah berjejer sekitar enam pedagang emas emperan. Kemudian ada juga dua pedagang emas emperan lain yang membuka lapaknya di persimpangan antara Jalan Senen Raya dengan Jalan Kwini I.
Meski terlihat sederhana dan apa adanya, para penjual ini berani terima berbagai jenis perhiasan yang mungkin tak laku di toko apalagi Pegadaian. Misalkan saja karena perhiasan tersebut mengalami kerusakan atau karena tak dilengkapi surat resmi.
"Jual lah. Di sini kebanyakan orang jual emas. Apalagi kan dia kan nggak ada surat atau kondisi emasnya itu rusak. Cuma kalau di kita kondisi emas pun rusak sama saja, tetap diterima," kata seorang pedagang emas emperan di Jalan Pasar Senen, tepat setelah flyover.
Emas Emperan Foto: Ignacio Geordy Oswaldo
Ia mengatakan proses jual-beli emas di pedagang emperan ini tetap mengikuti harga pasaran, dihitung sesuai kadar emas yang terkandung dalam perhiasan dan beratnya. Artinya saat harga emas sedang naik, maka harga perhiasan yang dijual juga bisa ikut meningkat.
Namun sayang, sama seperti pedagang pinggir jalan lainnya, para pedagang emas emperan ini juga tak memiliki modal yang besar untuk bisa membeli perhiasan yang dijual pelanggan. Sehingga berat emas yang bisa mereka terima tergolong kecil, terlebih jika dibandingkan dengan toko.
"Kalau bisa ya aku bayar. Kalau nggak ya ku lepas. Ya kalau aku kan ngambilnya sesuai pasaran hari ini," jelasnya.
Senada dengan itu, ada juga pedagang emas emperan lain bernama Udin yang siap menerima berbagai jenis perhiasan yang mungkin tak laku di toko. Adapun perhiasan yang bisa dijual ke lapaknya dihitung hanya berdasarkan kadar emas dan beratnya saja. "Mau barang itu utuh, putus, hancur-hancuran, harga tetap sama dengan yang utuh. Yang penting per gram dan kadarnya," terang Udin.
Ditambah dengan sedikit seni negosiasi seperti di lapak-lapak pasar tradisional lainnya, Udin biasanya akan sedikit menawar agar bisa dapat keuntungan untuk mendapatkan keuntungan saat menjual perhiasan itu kelak.
"Nah, si penjual mau ya kita beli. Kalau nggak mau ya sudah nggak apa-apa. Kalau toko memang nggak beli, kaya anting sebelah. Seandainya dia beli juga, nggak tau harganya apa di bawah kita," papar Udin.
"Kan kita nego, ini nggak tentu, antara penjual sama si pembeli. Kita beli nanti ada kelebihan nggak? Walaupun Rp 1.000-2.000, yang penting ada penglaris," terangnya lagi.
(igo/fdl)