PIS telah membantu kelancaran pasokan energi nasional dengan mengangkut Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquified Petroleum Gas (LPG) ke seluruh Indonesia.
Angkutan Laut Dinilai Jadi Kunci Ketahanan Energi Nasional (foto: MNC Media)
IDXChannel - Upaya pemerintah dalam mengejar target pertumbuhan ekonomi delapan persen per tahun diyakini cukup menantang dan menyisakan sejumlah pekerjaan rumah untuk segera dibenahi.
Salah satunya terkait ketahanan energi, yang untuk mewujudkannya juga membutuhkan dukungan dari ketersediaan sarana angkutan yang andal dan efisien.
"Salah satu kunci ketahanan energi adalah pengangkutan energi yang andal dan efisien. Dan sejauh ini, menurut Saya, fungsi tersebut sudah dijalankan dengan cukup baik oleh Pertamina International Shipping (PIS)," ujar Pengamat Ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Padjadjaran, Yayan Satyakti, dalam keterangan resminya, Kamis (5/12/2024).
Sejauh ini, menurut Yayan, PIS telah membantu kelancaran pasokan energi nasional dengan mengangkut Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquified Petroleum Gas (LPG) ke seluruh Indonesia melalui jalur laut.
"Mengingat kondisi negara kita sebagai negara kepulauan, keandalan pengangkutan energi akan menstabilkan ketersediaan energi dalam negeri, khususnya BBM dan LPG. Di sini peran penting PIS sebagai pembuluh darah penyalur energi," ujar Yayan.
Yayan menjelaskan, kestabilan pasokan BBM dan LPG sangat penting untuk menggerakkan roda perekonomian lokal, baik sektor-sektor industri manufaktur, transportasi, UMKM, maupun ekonomi rumah tangga.
Di lain pihak, stabilitas sektor industri hingga rumah tangga selanjutnya akan memicu akselerasi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
"Dari data aliran input dan output ekonomi yang diterbitkan BPS, bisa kita simulasikan, bahwa untuk mengejar pertumbuhan delapan persen pada 2026 dengan skenario Net Zero Emission 2060, maka Indonesia membutuhkan investasi 2,7 kali lipat dari 2016 sebagai patokan," ujar Yayan.
Jika kemudian perhitungan tersebut diturunkan ke sektor energi, dikatakan Yayan, maka untuk mencapai target delapan persen pada 2026, maka dibutuhkan tambahan pembangkit gas 1,82 kali, tambahan geotermal 1,25 kali, dan pembangkit diesel 0,5 kali lipat dari 2016.
"Target ini, membutuhkan penyangga yang kuat berupa logistik energi yang andal dan efisien, seperti yang telah dijalankan PIS selama ini," ujar Yayan.
Sebagai bagian dari PT Pertamina (Persero), Yayan menilai PIS memiliki peran penting dalam mendukung sistem logistik energi nasional. Setiap tahunnya, PIS mengelola lebih dari 20 ribu call/voyage untuk kebutuhan energi dalam negeri.
Karenanya, Yayan menyebut keberadaan PIS juga merupakan salah satu kunci dalam menjawab tantangan geografis Indonesia di sektor energi.
"Sebagai pemain utama dalam logistik energi, PIS harus mampu mengantisipasi peningkatan kebutuhan energi hingga dua kali lipat pada 2030, terutama untuk mendukung pertumbuhan ekonomi delapan persen," ujar Yayan.
Kapabilitas ini, lanjut Yayan, bakal menjadi tulang punggung dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional. Lebih lanjut, Yayan juga mengungkapkan bahwa pembangunan infrastruktur logistik yang merata mulai dari wilayah barat, tengah, hingga timur Indonesia akan meningkatkan efisiensi distribusi energi dan memperkuat ketahanan energi nasional.
Yayan pun menekankan bahwa keberadaan energi merupakan salah satu penggerak utama roda perekonomian nasional. Jika logistik energi tidak berjalan lancar, maka dampaknya dapat berlipat ganda ke sektor ekonomi yang lain.
"Dengan memperkuat buffer stock, meningkatkan efisiensi logistik energi, dan membangun infrastruktur yang memadai, Indonesia dapat memastikan terwujudnya kestabilan pasokan energi untuk seluruh wilayah Indonesia. Ketahanan energi yang solid ini akan menjadi kunci tercapainya target pertumbuhan ekonomi," ujar Yayan.
(taufan sukma)