Terungkap Kebijakan AS Ini Jadi Biang Kerok LG Batal Investasi di RI

2 weeks ago 12

Jakarta -

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Nurul Ichwan buka-bukaan di balik hengkangnya LG dari proyek investasi baterai kendaraan listrik di Indonesia. Nilai proyek tersebut diketahui mencapai 11 triliun won atau US$ 7,7 miliar atau Rp 129 triliun.

Nurul menjelaskan, mundurnya LG karena Undang-undang (UU) Pengurangan Inflasi Amerika Serikat (AS) atau Inflation Reduction Rate (IRA). Kebijakan itu berpotensi membuat olahan nikel asal Indonesia dikucilkan di pasar AS.

IRA bertujuan mengatasi inflasi dan perubahan iklim melalui berbagai insentif dan investasi, terutama di sektor energi bersih dan lingkungan. Aturan itu sah jadi undang-undang pada 2022 atau masa pemerintahan Joe Biden, sementara kesepakatan awal LG dengan Indonesia terjadi tahun 2020.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ketika LG mau melakukan investasi di Indonesia di awal, belum ada kebijakan IRA Joe Biden. Itu target investasi mereka di Indonesia adalah, bahwa Indonesia sebagai negara penghasil nikel terbaik, mereka punya teknologi salah satu yang terbaik dari produk baterai listrik, maka kemudian dia akan berinvestasi di Indonesia," ujarnya dalam detikcom Indonesia Investment Talk Series di Jakarta, Rabu (30/4/2025).

Awalnya, LG melakukan hilirisasi sampai memproduksi prekursor dan katoda yang rencananya diekspor ke AS untuk memenuhi permintaan kendaraan listrik. Namun, adanya IRA membuat LG harus berhitung ulang sehingga mempengaruhi realisasi investasinya di Indonesia.

"Tapi karena kemudian keluar IRA yang berupa pemberian insentif yang berupa pemberian insentif untuk pembelian mobil dan pemberian insentif untuk mereka yang berinvestasi di dalam Amerika," tutur Nurul.

"Maka ini memunculkan respons dari perusahaan bahwa kalau demikian saya berinvestasi di Indonesia, target (pasar) saya Amerika, tapi kemudian mereka melakukan restriksi terhadap itu, tidak masuk akal bagi saya berinvestasi dengan kapasitas seperti awal di Indonesia," sambungnya.

Nurul menilai keputusan LG mundur dari proyek di Indonesia murni atas perhitungan rasional dan tidak ada kaitannya dengan iklim investasi di Tanah Air. Pasalnya jika memaksakan investasi di Indonesia, maka LG tidak bisa memenuhi target pasar di AS.

"Bagaimana mereka tetap mau investasi di Indonesia dengan kapasitas yang sama sementara at the same time mereka harus investasi di Amerika karena kalau nggak bisa di Amerika market-nya nggak bisa dipenuhi. Maka kemudian dia kemudian dia investasi US$ 4,3 miliar di sana, yang awalnya itu bisa digunakan untuk investasi di Indonesia," tutupnya.

(ily/ara)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |