Jakarta -
Indonesia menyimpan sumber mineral kritis atau kini disebut-sebut sebagai 'harta karun' tambang yang menjadi incaran para investor. Ketua Bidang Kajian Mineral Strategis, Mineral Kritis & Hilirisasi Mineral Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI), Muhammad Toha menyatakan, banyak negara kini berambisi menguasai mineral kritis.
Toha berpendapat, dulu pihak yang menguasai minyak dan gas berpotensi untuk menguasai dunia. Tapi kondisinya berbeda saat ini di mana pihak yang menguasai mineral kritis akan menguasai dunia.
"Teorinya sederhana. Kalau dulu siapa yang menguasai minyak dan gas itulah yang menguasai dunia. Tapi sekarang siapa yang menguasai mineral kritis itulah yang akan menguasai dunia. Makanya kenapa sejumlah negara sekarang itu mempunyai planning untuk bagaimana menguasai mineral kritis," katanya dalam detikcom Indonesia Investment Talk Series di Jakarta, dikutip Jumat (2/5/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam hal ini Indonesia memiliki sekitar 22 cadangan mineral kritis dari 47 jenis mineral yang diklasifikasikan oleh pemerintah. Sementara Jepang, dari 44 mineral yang dikategorikan kritis mereka hanya memiliki satu saja.
"Dari 47 jenis mineral kritis Indonesia itu punya 22. Bandingkan dengan Jepang, Jepang itu mendefinisikan mineral kritis ada sekitar 44, dan dia punya satu saja. Hanya punya satu cadangan di negaranya dia," tuturnya.
Artinya Indonesia akan menjadi incaran banyak negara demi bisa mendapatkan mineral kritis. Toha menyatakan, Indonesia memiliki cadangan nikel, emas, tembaga, besi, mangan, dan jenis mineral lainnya.
"Dan rata-rata kita berada di urutan lima besar dalam konteks cadangan di mineral-mineral itu. Artinya apa? Artinya itu anugerah Tuhan. Dan itulah yang kemudian akan menarik para investor untuk masuk ke Indonesia. Karena apa? Karena kita memiliki cadangan dan sumber daya atas mineral-mineral kritis ini," bebernya.
Meski begitu ia meminta stakeholder terkait tetap cermat menyaring peluang investasi yang ada. Investasi harus memberikan nilai tambah serta bersifat berkelanjutan.
Pasalnya sumber daya mineral tersebut ada masanya dan akan habis jika terus-menerus ditambang. Oleh karena itu investor yang datang harus punya kredibilitas dan mampu mengelola sumber daya alam dengan baik.
"Tetapi juga harus kita kelola dengan baik. Dengan cara apa? Dengan cara yang mengundang investor secara proper, dengan konteks bukan untuk menghabiskan sumber daya kita, sampai kemudian anak cucu kita tidak mendapatkan sisanya lagi," tutupnya.
(acd/acd)