Pengusaha Blak-blakan Investasi di Indonesia Ngeri-ngeri Sedap!

2 weeks ago 12

Jakarta -

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani buka-bukaan soal tantangan berinvestasi di Indonesia. Ia menggambarkan investasi di Indonesia dengan sebutan ngeri-ngeri sedap.

Hal itu merujuk pada sulitnya perizinan investasi di Tanah Air dengan segudang regulasi yang berlaku. Kondisi itu menimbulkan image di mata investor bahwa berinvestasi di Indonesia merupakan hal yang sulit.

"Investasi di Indonesia itu ngeri-ngeri sedap. Kenapa? Kalau kita lihat awalnya investor itu selalu melihat, wah Indonesia itu terkenal susah untuk investasi, regulasinya banyak, izinnya berlarut-larut. Image itu langsung, wah susah ya, ngeri ya, terus diganggu nanti tidak ada kepastian hukum, sulit. Jadi ngeri, mau masuk aja ngeri," ujarnya dalam detikcom Indonesia Investment Talk Series di Jakarta, Rabu (30/4/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski begitu, pada kenyataannya tetap banyak pengusaha yang menanamkan modalnya di Indonesia. Mereka mendulang profit cukup besar dan bertahan lama menjalankan usahanya. Kondisi ini juga sesuai dengan istilah ngeri-ngeri sedap yang ia gunakan.

"Tapi buktinya kan kita lihat banyak investor yang berhasil kan di Indonesia dengan return yang sangat besar kan di Indonesia, berapa lama sudah ada di Indonesia. Nah itu sedapnya baru kelihatan setelah mereka sudah beroperasi dan berhasil di Indonesia. Jadi makanya saya katakan ngeri-ngeri sedap," beber Shinta.

Shinta menilai faktor image cukup penting untuk dijaga demi meyakinkan kalangan investor. Apalagi Indonesia bukanlah satu-satunya negara tujuan investasi dan harus bersaing dengan negara tetangga seperti Vietnam hingga Thailand.

Investor tentu akan membandingkan berbagai komponen sebelum memutuskan untuk investasi. Meski Indonesia tetap dianggap menarik sebagai tujuan investasi, Shinta menilai jangan sampai hal itu berujung hanya di situ tanpa ada realisasi atau kesepakatan.

"Nah, jadi kita selalu kembali kepada bagaimana, mungkin image ini sangat penting, karena orang untuk mau berinvestasi itu kan pasti dia ngeliat banyak negara, nggak cuma Indonesia. Kita persaingan dengan Vietnam, dengan Thailand, dengan negara-negara tetangga kita saja kita bersaing," bebernya.

Salah satu batu sandungan berinvestasi di Indonesia adalah terkait dengan perizinan berusaha. Shinta menjelaskan izin awal untuk memulai usaha saja membutuhkan waktu hingga 65 hari.

Belum lagi izin-izin lain yang harus diurus pengusaha dan memakan waktu hingga berbulan-bulan. Rintangan-rintangan inilah yang diharapkan bisa diatasi pemerintah demi menarik lebih banyak investor ke Tanah Air.

"Pada saat mulai pendaftaran perusahaan ini, Indonesia itu membutuhkan waktu 65 hari. Untuk memulai. Nah, jadi izin-izin, berarti ada izin-izin dasar yang tidak begitu cepat untuk mendapatkan," tutupnya.

(ily/ara)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |