Nikkei Futures Sempat Kena Trading Halt Usai Anjlok Lebih dari 8 Persen

12 hours ago 2

Operator bursa Jepang sempat membekukan sementara perdagangan (trading halt) kontrak berjangka (futures) Nikkei 225 pada Senin (7/4/2025) pagi.

 JPX)

Nikkei Futures Sempat Kena Trading Halt Usai Anjlok Lebih dari 8 Persen. (Foto: JPX)

IDXChannel – Operator bursa Jepang sempat membekukan sementara perdagangan (trading halt) kontrak berjangka (futures) Nikkei 225 pada Senin (7/4/2025) pagi setelah indeks anjlok tajam seiring tarif baru yang diumumkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Sistem circuit breaker—mekanisme penghentian sementara perdagangan—aktif ketika kontrak berjangka Nikkei 225 bergerak naik atau turun lebih dari 8 persen.

Penghentian terjadi pada pukul 08.45 waktu Tokyo atau 06.45 waktu Jakarta dan berlangsung selama 10 menit sebelum perdagangan kembali dibuka.

Sementara itu, mengutip Wall Street Journal, Senin (7/4/2025), perdagangan langsung (spot trading) di Bursa Efek Tokyo tidak terdampak. Indeks spot Nikkei 225 sempat turun hampir 9 persen sebelum memangkas pelemahannya menjadi sekitar 6 persen hingga pukul 10.55 WIB.

Penghentian perdagangan futures ini menunjukkan adanya pergerakan harga ekstrem di pasar.

Langkah tersebut merupakan bagian dari mekanisme regulasi yang diterapkan oleh Japan Exchange Group (JPX)—pengelola Bursa Efek Tokyo, Bursa Osaka, dan Bursa Komoditas Tokyo—untuk menekan kepanikan dan menjaga stabilitas pasar di tengah volatilitas tinggi.

Langkah ini juga memberi waktu bagi investor dan pelaku pasar untuk menenangkan diri, mencerna informasi baru, serta mempertimbangkan ulang strategi mereka guna menghindari aksi jual panik atau pembentukan gelembung harga.

Di sisi lain, indeks saham perbankan Topix sempat anjlok hingga 17,3 persen dan terakhir tercatat turun 10,57 persen. Indeks perbankan ini mengalami tekanan jual terbesar di pasar saham Jepang, merosot hingga lebih dari 20 persen dalam tiga sesi terakhir.

Penurunan Nikkei bersamaan dengan rontoknya bursa Asia. Sebut saja, Shanghai Composite melemah 6,34 persen, Hang Seng ambruk 10,64 persen, hingga KOSPI tersungkur 4,77 persen.

China, yang kini menghadapi tarif AS lebih dari 50 persen, membalas dengan mengenakan bea tambahan terhadap impor dari AS pada Jumat pekan lalu lalu.

Di pasar obligasi, ekspektasi pemangkasan suku bunga AS melonjak. Investor kini memperhitungkan kemungkinan lima kali pemangkasan suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin sepanjang tahun ini, yang menyebabkan imbal hasil Treasury turun tajam dan menekan dolar AS.

Gejolak pasar semakin parah setelah Gedung Putih menunjukkan sikap keras terhadap kebijakan tarifnya, sementara China menegaskan bahwa pasar telah bereaksi terhadap langkah balasan mereka.

Presiden AS Donald Trump menyatakan tidak akan bernegosiasi dengan China hingga defisit perdagangan AS terselesaikan.

Investor sebelumnya berharap bahwa anjloknya nilai pasar hingga triliunan dolar AS serta dampak besar terhadap ekonomi akan membuat Trump mempertimbangkan kembali kebijakan perdagangannya.

"Jika kebijakan perdagangan AS terus berlangsung dalam skala besar dan mengganggu, ini bisa cukup untuk mendorong ekonomi AS dan global yang masih sehat ke jurang resesi," kata Kepala Ekonom JPMorgan, Bruce Kasman, yang memperkirakan risiko resesi mencapai 60 persen.

"Kami masih memperkirakan pemangkasan pertama dari The Fed pada Juni," ujarnya.

"Namun, kini kami menilai pemangkasan bisa dilakukan di setiap pertemuan hingga Januari, yang akan menurunkan suku bunga acuan ke 3,0 persen." (Aldo Fernando)

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |