Menanti Aksi dan Efek Akumulasi BPJS TK, Taspen, hingga Danantara di Bursa

1 day ago 6

Bursa saham Indonesia tengah menunggu langkah besar dari sejumlah investor institusional domestik, termasuk BPJS Ketenagakerjaan (BPJS TK) hingga Taspen.

 Freepik)

Menanti Aksi dan Efek Akumulasi BPJS TK, Taspen, hingga Danantara di Bursa. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Bursa saham Indonesia tengah menunggu langkah besar dari sejumlah investor institusional domestik, termasuk BPJS Ketenagakerjaan (BPJS TK) hingga Taspen yang berencana meningkatkan porsi investasi di pasar modal.

Dengan dana kelolaan yang mencapai ratusan triliun rupiah, aksi akumulasi yang mereka lakukan diprediksi bakal memberikan dampak signifikan bagi likuiditas pasar.

Terlebih lagi, meskipun pasar saham global sedang mengalami gejolak, kondisi ini dianggap membuka peluang bagi investor untuk memasuki saham-saham dengan valuasi menarik, terutama di sektor-sektor strategis.

Namun, proses akumulasi ini diperkirakan akan dilakukan secara bertahap, mengingat besarnya dana yang akan disalurkan ke pasar saham Indonesia.

Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai, rencana BPJS TK meningkatkan porsi portofolio di pasar saham merupakan kabar yang positif.

“Menarik karena dana kelolaan BPJS TK ini ada di kisaran Rp700 triliun. Sementara itu, kenaikan porsi hingga 20 persen dari BPJS akan menyisihkan AUM [dana kelolaan] sekitar Rp70-80 triliun ke pasar ekuitas, dari sebelumnya hanya 8 persen,” kata Michael, Senin (14/4/2025).

Yang jelas, ujar Michael, AUM Rp70-80 triliun tersebut nilainya besar. Apalagi, melihat tahun lalu arus keluar dana asing atawa outflow foreign di bursa saham RI mencapai Rp25 triliun. "Dan ini blm termasuk inflow yg mungkin datang kembali di tahun ini dari Danantara," ungkapnya.

Michael berpendapat, bursa akan merespons positif rencana tersebut. Hal ini mengingat, katanya, semenjak kejatuhan pasar saham global atau crash pada 2008 dan pandemi 2020, BPJS dan dana pensiun (dapen) menjadi penyedia likuiditas (liquidity provider) yang berperan besar dalam pemulihan bursa domestik.

“Namun perlu diperhatikan bahwa porsi saham dari BPJS per emiten adalah maksimal 5 persen sehingga dana ini tidak akan serta merta membuat bursa efek menjadi bullish tanpa ada koreksi,” demikian tutur Michael.

Karenanya, kata Michael, besarnya AUM mereka akan membuat proses masuk ke pasar saham akan dilakukan secara bertahap.

BPJS Ketenagakerjaan Siap Tingkatkan Porsi

BPJS Ketenagakerjaan (BPJS TK), pengelola dana jaminan sosial terbesar di Indonesia dengan dana kelolaan sebesar USD48 miliar, berencana menaikkan porsi investasi di saham lokal menjadi 15–20 persen dalam tiga tahun ke depan.

Saat ini, eksposur saham lembaga ini masih sekitar 10 persen atau setara USD4,8 miliar, baik secara langsung maupun lewat reksa dana.

Direktur Pengembangan Investasi BPJS Ketenagakerjaan Edwin Ridwan mengatakan, dikutip dari Reuters, Jumat (11/4/2025), koreksi pasar saham dalam negeri akibat gejolak global memberi ruang untuk mengoleksi saham-saham yang kini dinilai undervalued.

Edwin menjelaskan, BPJS secara bertahap terus menambah investasinya di saham-saham berkapitalisasi besar, terutama di sektor perbankan, telekomunikasi, komoditas, dan barang konsumsi. Lembaga ini menargetkan imbal hasil tahunan naik 13 persen pada 2025.

“Inilah kondisi di mana banyak investor melepas saham. Kalau melihat sejarah, setiap kali pasar jatuh terlalu dalam, justru itulah momen terbaik untuk membeli,” ujarnya dalam wawancara, merujuk pada krisis keuangan 1998, 2008, dan masa pandemi COVID-19.

Edwin menambahkan, likuiditas pasar yang meningkat saat banyak investor melakukan aksi jual justru membuka peluang bagi BPJS untuk masuk lebih dalam ke pasar saham.

Menanggapi isu apakah ada arahan pemerintah untuk menopang pasar, Edwin menegaskan bahwa lembaganya bersifat independen. Meski demikian, BPJS mengakui tengah menjajaki peluang berinvestasi di pasar luar negeri agar memiliki opsi investasi yang lebih luas, mengingat pertumbuhan asetnya mencapai 13–14 persen per tahun dan iuran baru mencapai Rp10 triliun per bulan.

Salah satu pertimbangan untuk tidak segera masuk pasar luar negeri adalah potensi tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Namun, Edwin menilai tekanan itu bisa dikurangi lewat repatriasi hasil investasi valas.

Potensi Danantara Jadi Liquidity Provider

Dalam pemberitaan sejumlah media online, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai Danantara memiliki peran strategis sebagai super holding BUMN untuk memperkuat investasi domestik di pasar modal.

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan Danantara akan berfungsi sebagai penyedia likuiditas dan keterlibatannya dinilai penting untuk menjaga stabilitas serta mendorong pertumbuhan pasar modal.

Taspen: Waktunya Beli

Direktur Utama PT Taspen, Rony Hanityo, menilai koreksi tajam di pasar saham global, termasuk di BEI, dipicu oleh satu faktor utama, yakni kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS).

Namun, ia menekankan, meskipun Indonesia turut terdampak, pemerintah tidak tinggal diam dan terus mencari solusi terbaik. Selain itu, valuasi pasar saham Indonesia saat ini sudah sangat menarik.

Dalam kondisi seperti sekarang ini, Rony justru melihat momentum yang tepat untuk mulai membeli saham-saham dengan fundamental yang baik.

Koreksi yang terjadi menunjukkan bahwa banyak saham-saham dengan valuasi murah, sehingga ini bisa menjadi entry point untuk masuk ke saham. Apalagi, IHSG sudah banyak terkoreksi sejak awal tahun ini.

“Dari perspektif valuasi, pasar saham Indonesia saat ini sudah sangat murah jika dilihat dari price to earnings ratio (PER) dan price to book value (PBV),” ujarnya.

Rony juga mengungkapkan, Taspen berencana membeli berbagai saham dengan fundamental kuat. “Tentunya hal ini akan dilakukan dalam bertahap dalam jangka waktu yang panjang,” kata Rony. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Read Entire Article
IDX | INEWS | SINDO | Okezone |