Sebelum berkecimpung di dunia pendidikan, Hudi pernah bekerja sebagai satpam pada 1998. Dia diterima kuliah di IPB, namun pada malam hari tetap bekerja.
Kisah Sukses Mantan Satpam Jadi Dosen IPB, Pagi Kuliah Malam Jaga Kampus. (Foto: IPB)
IDXChannel—Kisah sukses mantan satpam yang berhasil menjadi dosen IPB dapat menjadi inspirasi untuk banyak orang. Hudi Santoso adalah mantan satpam yang kini telah meraih gelar doktor dari Institut Pertanian Bogor.
Melansir laman resmi IPB (13/11), Hudi mulai bekerja sebagai asisten dosen dan diangkat menjadi dosen Sekolah Vokasi IPB prodi Komunikasi usai lulus sarjana. Dia melanjutkan pendidikannya ke jenjang master dan doktoral di universitas yang sama.
Sebelum berkecimpung di dunia pendidikan, Hudi pernah bekerja sebagai satpam pada 1990-an akhir, juga di universitas yang sama. Dia terinspirasi untuk melanjutkan pendidikan setelah melihat mahasiswa berlalu-lalang di lingkungan kampus.
Perjalanan akademiknya pernah diangkat juga oleh kanal YouTube HaloBos. Pada wawancara singkat itu, Hudi mengisahkan awal mula keputusannya untuk mengambil studi di perguruan tinggi.
Hudi berasal dari Nganjuk, Jawa Timur. Dia terlahir dari keluarga petani, dan merupakan anak terakhir dari 12 bersaudara. Sejak kecil, orang tuanya mendidik anak-anaknya untuk tidak bergantung dan mengandalkan harta orang tua.
Maka sejak kecil, Hudi terbiasa untuk turun ke sawah setiap pagi untuk membantu orang tuanya. Dulu saat SMP, Hudi sebenarnya ingin menjadi tentara karena terinspirasi dari kakaknya yang berhasil ke kepolisian.
Sayangnya, Hudi tidak lolos saat mendaftar di sekolah taruna. Saat SMA, dia berupaya untuk mendaftar di fakultas kedokteran di Universitas Airlangga dan Universitas Brawijaya, dan lagi-lagi dia gagal.
“Ke Bogor pertama kali ke 1988, nganter kakak saya yang jadi polisi. Saat itu ditawari teman kakak saya untuk menjadi satpam, ya sudah kalau sudah niat berangkat dari rumah, yang penting punya pekerjaan,” kata Hudi.
Meskipun pekerjaan itu jauh dari impiannya menjadi tentara, Hudi tak masalah dan dengan mudah menerima takdirnya. Ibunya pun mendukungnya. Pada 1998, akhirnya Hudi mulai bekerja sebagai satpam.
Satu tahun kemudian, Hudi mulai terinspirasi untuk kuliah karena melihat para mahasiswa hilir mudik. Hudi yang ingin keluar dari zona nyaman, mencoba untuk mendaftar kuliah di akademi keperawatan swasta di Nganjuk.
“Saya pikir namanya kampus swasta itu mudah, ternyata enggak masuk. Ibu saya kecewa juga, sekolah saya kan favorit di Nganjuk tapi tidak diterima di akper swasta,” lanjut Hudi.
Dia akhirnya kembali ke Bogor. Tiba di kampus, dia mendapati pengumuman bahwa IPB masih membuka pendaftaran D3 untuk siswa yang telah lulus tiga tahun terakhir. Hudi akhirnya mencoba daftar ke IPB.
Hudi mengirim rapor ke IPB untuk mendaftar di fakultas peternakan. Kali ini, Hudi berhasil diterima kuliah di IPB. Saat itu, teman-teman seangkatannya di SMA sudah mulai mengerjakan skripsi.
“Saya izin ke komantan satpam, akhirnya dikasih kompensasi. Pagi kuliah, malam bekerja. Memang tidak mudah, di awal-awal membagi waktunya sulit. Praktikum lumayan berat, tapi alhamdulillah selesai juga,” lanjutnya.
Hudi akhirnya mulai kuliah sembari bekerja, malam hari usai kuliah dia akan bekerja sebagai satpam. Pada tingkat tiga, dia akhirnya memutuskan untuk berhenti menjadi satpam untuk fokus ke pendidikannya.
Dia juga membeli motor yang sesekali dia sewakan ke tukang ojek, Hudi juga sesekali menjadi kurir untuk teman-temannya. Dari situ, Hudi mendapatkan penghasilan meskipun tak lagi bekerja sebagai satpam.
Pada 2003, dia melanjutkan sarjana ekstensi jurusan komunikasi di UNS. Dia ditawari untuk menjadi asisten dosen di IPB, meskipun dengan gaji yang tidak tetap. Dia juga sempat menjadi wartawan di Radar Bogor sembari terus menjadi asdos.
“Selesai 2007 di Radar, saya izin ke pimpinan di Jawa Pos untuk memilih salah satu pekerjaan. Karena menyita waktu, pihak Jawa Pos welcome dan menawari saya untuk tetap bekerja sebagai freelance,” lanjut Hudi.
Sejak pertama kali kuliah diploma, Hudi menerima banyak dorongan dan motivasi dari kaprodi dan orang tuanya. Sampai akhirnya Hudi melanjutkan pendidikannya hingga jenjang doktoral di IPB.
Hudi kini menjabat sebagai Ketua Program Studi Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB. Dia meraih gelar doktor di Prodi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan IPB dengan disertasi berjudul ‘Model Komunikasi Digital Desa Wisata dalam Pengembangan Kapasitas Pelaku Wisata di Kabupaten Bogor.’
Itulah kisah sukses mantan satpam yang berhasil menjadi dosen di IPB.
(Nadya Kurnia)