pendapatan premi neto pada saat yang sama juga tumbuh 20 persen secara tahunan (year on year/YoY), menjadi Rp2,8 triliun.
Kinerja Moncer, Begini Performa Saham Tugu Insurance (TUGU) Menurut Analis (foto: MNC media)
IDXChannel - PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU), atau Tugu Insurance, telah merilis laporan keuangan untuk periode kinerja hingga Triwulan III-2024 lalu.
Hasilnya, anak usaha PT Pertamina (Persero) tersebut mampu membukukan premi bruto sebesar Rp6,9 triliun, atau tumbuh sebesar 26 persen dibanding realisasi pada periode sama 2023 lalu.
Sementara untuk pendapatan premi neto pada saat yang sama juga tumbuh 20 persen secara tahunan (year on year/YoY), menjadi Rp2,8 triliun.
Sedangkan pendapatan underwriting TUGU yang merupakan pendapatan premi neto setelah dipotong dengan beban komisi neto, tumbuh 17 persen (YoY) menjadi Rp2,3 triliun.
Di tengah pertumbuhan double digit dari sisi pendapatan underwriting, beban underwriting TUGU hanya tumbuh sembilan persen (YoY), sehingga membuat hasil underwriting TUGU naik 39 persen (YoY) menjadi Rp725 miliar.
"Di antara peers dengan model bisnis yang serupa di sektor asuransi umum, hasil underwriting TUGU tumbuh paling tinggi karena rata-rata peers hanya naik 14 persen. Selain itu pertumbuhan premi bruto, neto dan underwriting TUGU yang dobel digit juga lampaui industri yang single digit growth," ujar Analis Pasar Modal, Yazid Muammar, dalam keterangan resminya.
Menurut Yazid, kenaikan hasil underwriting TUGU dikarenakan Perseroan mampu menggenjot pertumbuhan premi terutama dari sisi segmen kebakaran dan properti serta menurunkan rasio klaim atau yang dikenal dengan loss ratio.
Pada segmen ini TUGU tidak hanya mengandalkan produksi premi dari sinergi bisnis di lingkungan Pertamina Group, tapi juga perolehan baik secara direct ataupun konsorsium asuransi BUMN Group lainnya & Non BUMN.
"Di Indonesia, segmen asuransi umum dengan kontribusi premi terbesar berasal dari asuransi properti, kredit dan kendaraan bermotor. Untuk asuransi kebakaran dan properti, TUGU naik signifikan yang menunjukkan peningkatan pangsa pasar dan juga mencerminkan bahwa TUGU mampu mengambil peran yang strategis," ujar Yazid.
Selain dari sisi pertumbuhan premi, Yazid juga melihat bahwa faktor yang mendongkrak profitabilitas TUGU adalah kemampuannya mengelola risiko. Dari sisi risiko, TUGU mampu menurunkan rasio klaim menjadi 56 persen per September 2024 dari periode yang sama tahun sebelumnya di angka 62 persen.
"Pertumbuhan pendapatan dan terjaganya beban menjadikan TUGU sebagai perusahaan asuransi umum yang listed dengan kinerja terbaik sepanjang 9 bulan ini, yang juga mencerminkan fundamental yang kuat," ujar Yazid.
Sedangkan beban usaha perseroan justru mengalami penurunan lima persen secara tahunan. Total beban usaha TUGU di luar pendapatan atau beban lain-lain mencapai Rp2,4 triliun, atau hanya naik enam persen saja dibandingkan tahun sebelumnya.
Pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan beban tersebut membuat laba usaha inti TUGU naik signifikan sebesar 57 persen secara tahunan menjadi Rp783 miliar, sepanjang Januari-September 2024.
Sementara, dari sisi laba bersih yang diatribusikan untuk pemilik entitas induk, TUGU mengantongi Rp552 miliar hingga akhir September 2024.
Sekilas seakan terdapat penurunan 51 persen dibanding tahun lalu. Namun sebenarnya hal ini disebabkan karena TUGU tidak lagi membukukan pendapatan sekali waktu dari kemenangan kasus atas Citibank (N.A) Hong Kong.
Bila pendapatan lain-lain yang didapatkan dari kemenangan kasus atas Citibank tidak diikutsertakan karena bukan berasal dari usaha inti perseroan, laba bersih TUGU justru sebenarnya masih tumbuh hingga 115 persen (YoY), mengingat nilai pendapatan dari kemenangan atas kasus tersebut mencapai Rp868 miliar sendiri.
Harga saham TUGU sepanjang pekan lalu mengalami koreksi 0,4 persen. Namun pelemahan ini masih lebih baik dibandingkan dengan sektor keuangan yang melemah hampir dua persen dan IHSG yang anjlok sampai 2,5 persen.
Hingga pekan ke 45 tahun 2024, saham TUGU masih dibeli bersih oleh asing dengan total net buy senilai Rp62 miliar.
Yazid menambahkan secara valuasi saham TUGU undervalue karena diperdagangkan di angka P/B rasio 0,4 persen dan P/E rasio 5Xan sehingga sahamnya layak dikoleksi para investor.
Selain itu imbal hasil yield dari dividen tiap tahunnya tergolong rutin serta besar di atas 13 persen atau dua kali lipat dari rata-rata deposito bank umum.
(taufan sukma)